“Bagi saya, menjadi pustakawan itu sangat penting perannya. Selain bertugas menjaga perpustakaan, juga turut andil dalam kegiatan yang dilakukan di perpustakaan, seperti kegiatan membaca. Pustakawan juga mengingatkan guru untuk melakukan jam kunjung perpustakaan yang sudah dijadwalkan, mengingatkan siswa tentang peraturan perpustakaan, memberitahukan kepada siswa tentang jenjang buku, bagaimana melakukan peminjaman dan pengembalian buku. Sering juga saya bertanya kepada siswa-siswi, ‘kalau buku dipinjam bawa pulang ke rumah, kamu baca sama siapa?’ Mereka pun jawab, ‘Baca sama Mama atau Papa.'” Senyum mengembang dari wajah Ibu Margareta sembari bercerita tentang siswanya dan perpustakaan yang dicintainya.
Perpustakaan dan Pustakawan
Bagi seorang guru, tidak mudah untuk mengajar siswa jika tidak memiliki bekal atau kemampuan mengajar. Begitu juga saat memutuskan menjadi pustakawan. Mereka akan mengalami kesulitan untuk mengelola perpustakaan jika tidak melalui pelatihan.
Program Perpustakaan Ramah Anak dari Room to Read yang diadopsi oleh Taman Bacaan Pelangi untuk membangun akses buku di wilayah Indonesia Timur ini juga memberikan pelatihan khusus kepada mitra Taman Bacaan Pelangi, yaitu pihak sekolah. Sekolah yang bekerjasama dengan Taman Bacaan Pelangi perlu menyediakan tenaga pustakawan yang akan bertanggung jawab dalam pengelolaan perpustakaan serta membantu berjalannya program perpustakaan ramah anak.
Pustakawan diberi pelatihan mengenai jenis-jenis buku pencatatan, yaitu Buku Induk, Buku Peminjaman, Buku Kegiatan Membaca, dan Buku Kunjungan. Selain itu juga, mereka perlu mengetahui dan mendalami mengenai konsep perpustakaan ramah anak, yakni perpustakaan yang membuat anak merasa aman dan nyaman untuk membaca buku-buku cerita anak yang akan tersedia di masing-masing perpustakaan sekolah. Salah satu konsep kenyamanan anak adalah pentingnya perilaku dan sikap orang dewasa saat berhadapan dengan siswanya. Dengan keramahan, kepedulian, dan terciptanya interaksi positif antara orang dewasa (Kepala Sekolah, Guru dan Pustakawan) dengan anak-anak untuk mendorong siswa mengenal buku, mau membaca buku, sering membaca buku, hingga akhirnya menikmati membaca buku.
Pemberi Jalan Untuk Mencintai Buku
Meski sudah mendapatkan pelatihan tentang pengelolaan perpustakaan, ternyata saat menjalankan peran itu tidaklah mudah. Saat awal menjalani peran sebagai pustakawan, ada yang sudah menganggap pekerjaan itu membosankan, hanya duduk saja menunggu anak-anak membaca dan pinjam buku. Ada juga yang kewalahan karena ternyata tidak semuanya memiliki waktu khusus untuk menjadi pustakawan (berperan ganda, menjadi guru dan pustakawan) sehingga harus mengorbankan salah satu pekerjaan itu, dan seringnya tugas pustakwanlah yang dikorbankan.
Tapi, di balik itu semua, ketika sudah berproses beberapa jelang, mereka akhirnya menyadari pentingnya menjadi seorang pustakawan. Bahkan diantara mereka ada yang bersedia menjadi pustakawan karena ternyata pekerjaan itu sangatlah menyenangkan.
Seringkali pustakawan lebih tahu nama-nama siswa dari semua kelas, dibandingkan dengan guru-guru yang hanya mengenal siswa-siswi di kelasnya. Ketika berinteraksi dengan siswa-siswi yang sedang meminjam buku pun, pustakawan juga mengingatkan kepada siswa dengan keramahannya untuk mengembalikan tepat waktu, dan selalu mengajarkan tentang pentingnya kejujuran bahwa bukunya meski rusak tapi kembali ke tangan pustakawan, dibandingkan bukunya dikatakan hilang entah kemana.
Meski dalam hati sedikit kesal, namun para pustakawan tahu mana yang lebih penting. Lebih baik buku rusak karena sering dibaca oleh siswa-siswi dibandingkan buku terpajang rapi dan mulus tanda tak pernah ada yang menyentuhnya.
Pustakawan adalah pemberi jalan untuk siswa-siswi mencintai buku. Dari pustakawan berkenalan dengan buku anak, hingga selanjutnya kepedulian pustakawan yang melihat anak-anak melihat buku dengan mata berbinar-binar dan mulai menggumamkan tulisan yang dibacanya. Rasa haru dan bahagia ketika selama beberapa waktu anak sering membaca di perpustakaan dan sering meminjam buku, dan semuanya membuahkan hasil. Siswa-siswi jadi lebih percaya diri ketika bercerita karena memiliki kosakata yang banyak, serta terlihat juga dari hasil pembelajarannya di kelas. Di beberapa sekolah yang bermitra dengan Taman Bacaan Pelangi pun melihat proses perubahan hasil pembelajaran itu, mengatakan bahwa semua ini selain karena tersedianya buku-buku anak yang berkualitas, juga karena perilaku dan sikap orang dewasa yang mengelolanya dengan baik.
Tetaplah bersemangat dan berjuang terus sebagai Pemberi Jalan Bagi Siswa-Siswi Untuk Mencintai Buku.
.
Ende, Maret 2019
Gils.