“Sshhhhhhh….. Ngeeeek…. Syuuuuh…..
Siapa itu yang mencakar jendela? Haaantuuuu???”
Buku Ketika Listrik Padam dibacakan Ibu Guru kepada muridnya. Dengan intonasi yang naik lalu tiba – tiba dibuat rendah dan panjang. Murid-muridnya hanyut dalam cerita. Mereka melihat gambar demi gambar sambil mendengarkan gurunya membaca. Ibu Guru melanjutkan membaca. Suaranya membuat mata anak anak semakin membesar. Ada yang sembunyi – sembunyi dibalik bahu temannya karena ikut takut. Cerita pun bergulir seiring anak – anak yang terpukau mendengarnya.
Ibu Ermilinda Wea namanya. Beliau baru masuk menjadi guru di SDI Olaewa tepat sebulan setelah perpustakaan ramah anak di sekolah ini diresmikan. Awalnya beliau adalah seorang guru TK, kini mengajar sebagai guru wali kelas 4. Karena merasa banyak hal yang perlu dipelajari, Ibu Ermin belajar cara pendekatan dan kegiatan membaca di perpustakaan melaui pustakawati dan rekan guru SDI Olaewa. “Saya banyak bertanya ini dan itu pada pustakawati, rekan guru, bahkan anak saya sendiri yang sekolah disini karena banyak yang belum saya tahu, saya masuk sudah ada program perpustakaan yang bagus dan ada jadwal rutinnya”, ujar Bu Ermin.
“Awalnya itu saya merasa berat karena tidak tahu harus bagaimana, apa yang harus dilakukan, langkah-langkahnya bagaimana, dan apa yang harus dibaca. Ternyata ada jenjang buku yang harus saya pelajari, menarik sekali. Ada level – level baca dari kumbang hingga gajah jadi bukunya bisa sesuai dengan kemampuan baca anak. Bahkan anak murid saya lebih hafal jenjangnya. Saya melihat anak – anak begitu senang ke perpustakaan yang sekarang, jadi saya semakin terpacu untuk belajar lagi terutama kegiatan membaca bersama anak – anak. Apalagi membaca nyaring. Aduh, karena harus berintonasi dan berekspresi jadi saya harus belajar lebih banyak lagi supaya kegiatannya menjadi menyenangkan, lama – lama asyik juga”, ujar Bu Ermin.
Selain belajar dan terus belajar dalam kegiatan membaca di perpustakaan, Bu Ermin punya inovasi program di kelas untuk memantau buku bacaan yang dipinjam oleh anak. Anak – anak diminta menuliskan kembali buku yang dibaca dari perpustakaan dalam bentuk buku jurnal bacaan anak. “Awalnya saya minta anak menulis judul buku yang mereka baca. Pada kesempatan minggu selanjutnya saya minta mereka bercerita melalui jurnal bacaan itu. Tapi Namanya juga anak -anak. kadang ada penulisan huruf kapitalnya belum rapi dan ceritanya masih mengikuti atau menulis kembali cerita dari buku, jadi saya minta mereka menulis dengan gaya bahasa mereka sendiri. Saya mulai mengajarkan mereka menulis cerita dalam paragraph yang rapi. Sekarang mereka rajin menulis dan sudah bercerita dengan bahasa mereka sendiri. Saya selalu cek dan semangati mereka untuk membaca lagi dan terus” ujar Bu Ermin.
Anak – anak senang membaca dan beberapa dari mereka memiliki hobi menuliskan ceritanya kembali seperti Anjel dan Silvi. Mereka melaporkan hasil jurnal membaca mereka pada Bu Ermin. Saat ditanya oleh Tim TBP tentang kesan mereka pada buku-buku yang ada di perpustakaan ramah anak SDI Olaewa ternyata mereka suka sekali dengan koleksi buku – buku cerita anak. Mereka bisa pinjam 4 sampai 6 buku dalam seminggu. Buku favorit Anjel adalah Kotak Petualang sedangkan buku kesukaan Selvi adalah Lezatnya Rendang Padang. “Membaca itu sangat penting, agar anak-anak kita memiliki masa depan yang lebih baik. Saya harap anak – anak didik saya bisa memaksimalkan bakat mereka dan semoga bisa menjadi penulis yang handal. Saya juga akan giat belajar supaya kegiatan bersama mereka menjadi lebih menyenangkan lagi” ujar Ibu Ermin. Amin. Mari kita nantikan cerita baik selanjutnya.