Perpustakaan dengan konsep Ramah Anak di SDI Tibakisa kini sudah berjalan selama hampir enam bulan sejak perpustakaan diresmikan bulan November 2023. Pemanfaatan dan pengelolaannya pun sudah mulai berjalan dengan baik. Beberapa siswa terpantau lalu lalang memasuki ruangan perpustakaan, ada yang mengambil buku lalu meminjam untuk dibaca di rumah, atau langsung dibaca di dalam perpustakaan yang berlatar dominan hijau sambil duduk di atas bantal, bersandar di dinding, sedikit baringan, atau sekedar datang untuk mengembalikan buku yang dipinjam sebelumnya. Perpustakaan kini sudah nyaman, ruangan tertata rapi, buku-buku juga mudah untuk dijangkau, siswa pun bisa dengan mudah dan leluasa memilih buku untuk dibaca. Kegiatan rutin jam kunjung setiap kelas pun selalu mewarnai hari-hari perpustakaan.
Tak hanya siswa, beberapa Guru juga berkunjung ke perpustakaan di tengah waktu luangnya mengajar di kelas, sekedar mengistirahatkan badan dan pikiran usai mengajar sambil membaca beberapa buku koleksi yang ada di perpustakaan. Beberapa Guru juga tak mau kalah untuk meminjam buku di perpustakaan, biasanya untuk persiapan kegiatan Membaca Nyaring. Ada juga Guru yang memang sengaja meminjam buku di perpustakaan untuk dibaca atau dibacakan kepada anaknya yang masih duduk di bangku TK atau bahkan belum sekolah.
Adalah Ibu Maria Goreti Wea Aso, Guru kelas III A, salah seorang Guru yang mencoba memanfaatkan perpustakaan ramah anak ini dengan maksimal. Selama 14 tahun mengabdi di almamaternya ini, Bu Eti, begitu sapaan akrabnya, baru kali ini mendapati konsep perpustakaan ramah anak. Seolah mendapatkan hal yang berharga, Bu Eti berusaha untuk memanfaatkan perpustakaan yang sekarang ini dengan sebaik-baiknya. Buku koleksi di perpustakaan dimanfaatkan oleh wanita yang mulai meniti karirnya sejak tahun 2007 di SDI Tibakisa ini, untuk mendampingi para siswanya membaca, juga anaknya yang masih duduk di bangku TK.
Adalah Putra, yang sekarang duduk di kelas IIIA, kini kemampuan membacanya sudah meningkat semenjak Bu Eti, sebagai wali kelasnya, rutin mendampingi Putra, memanfaatkan koleksi buku anak dari perpustakaan. Awalnya Bu Eti sedikit kesusahan mengajari Putra membaca memakai buku pelajaran yang ada di kelas.
“Sepertinya karena teks terlalu banyak tu Ibu, lalu gambar juga tidak ada, jadi dia malas untuk baca itu buku tema. Kalau buku yang ada di perpus sekarang kan kayaknya pengaruh banyak gambar dan tulisan sedikit, jadi dia lebih suka tu Ibu, anak-anak yang lain juga begitu”. Ungkap Bu Eti setelah mencoba mendampingi Putra dengan koleksi buku yang ada di perpustakaan ramah anak. Alhasil, sekarang Putra sudah sering membaca dan meminjam buku di perpustakaan sesuai dengan kemampuan membacanya.
Bu Eti juga berkomunikasi dengan orang tua Putra untuk ikut serta mendampingi Putra dalam membaca buku yang di pinjam saat di rumah. Inisiatif ini disambut dengan baik oleh orang tua Putra, setiap meminjam buku, mereka menyediakan waktu untuk mendampingi Putra membaca di rumah. Tentunya tak hanya orang tua Putra saja, komunikasi juga dilakukan dengan orang tua siswa yang lain. Karena adanya komunikasi dengan orang tua ini, diakui Bu Eti menjadi hal baik agar orang tua juga ikut melihat proses dan perkembangan anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa membangun komunikasi bersama orang tua juga penting, karena setelah orang tua menerapkan saran Bu Eti untuk mendampingi anaknya, orang tua menjadi tahu sudah sampai di mana kemampuan membaca anaknya, dan itu menyadarkan mereka akan pentingnya pendampingan di rumah. Selain itu juga bisa semakin membangun hubungan yang baik serta kepercayaan antara guru dan orang tua untuk bertukar informasi mengenai perkembangan siswa baik di sekolah maupun di rumah.
Selain Putra, siswa lain di kelas IIIA juga sangat antusias untuk membaca buku dan meminjam buku di perpustakaan. Ini dibuktikan dengan data peminjaman selama tiga bulan dari Januari hingga Maret 2024, kelas IIIA menjadi kelas dengan jumlah peminjaman paling banyak. Bu Eti mengungkapkan, selama perpustakaan diperbaharui menjadi perpustakaan ramah anak, di luar jam kunjung perpustakaan rutin setiap minggu, saat jam istirahat sebagian besar siswa, setelah menyantap bekal atau makan siang, selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke perpustakaan.
Tumbuhnya kesenangan para siswanya terhadap membaca juga dimanfaatkan Bu Eti untuk mengisi jeda atau rehat sejenak selama jam pelajaran. Terkadang jika siswa sudah mulai terlihat jenuh dengan pelajaran atau fokusnya sudah buyar, biasanya Bu Eti langsung berhenti dan beranjak ke perpustakaan mengambil beberapa buku dan dibagikan kepada siswa untuk dibaca. Untuk membangkitkan kembali semangat mereka kalau kata Bu Eti.
Adalah Rianti, siswa TK yang bangunannya berdekatan dengan SDI Tibakisa yang ikut memanfaatkan perpustakaan ramah anak. Putri dari Bu Eti ini tak mau kalah dengan anak-anak SD, setiap sekolah selesai, Rianti sempatkan untuk berkunjung ke perpustakaan. Melihat Rianti yang bersemangat dengan buku-buku di perpustakaan ketika mengunjunginya, Bu Eti memanfaatkan momen ini. Bu Eti pun mencoba meminjam buku untuk dibaca di rumah bersama dengan Rianti. Awalnya Bu Eti membacakan terlebih dahulu buku yang dipinjamnya untuk Rianti, biasanya selepas makan siang. Setelah itu biasanya Rianti mencoba mengulang kembali apa yang sudah dibacakan oleh Bu Eti dengan versi terbaiknya. Seiring berjalannya waktu, Rianti seperti ketagihan dengan buku-buku yang ada di perpustakaan SD. Setiap hari, Rianti selalu berpesan kepada Bu Eti untuk meminjam buku, dan Bu Eti pun akan terlebih dahulu membacakan buku itu kepada Rianti, dilanjutkan Rianti mengulang lagi dengan versinya.
Semangat Rianti ini ternyata ia tularkan kepada saudara-saudaranya. Ketika bermain atau bertemu dengan saudaranya, biasanya Rianti mengajak mereka untuk membaca buku yang dipinjam Rianti dari perpustakaan ramah anak. Selain membaca, Rianti juga mengajarkan kepada saudaranya cara membalik halaman buku yang baik, yang dia dapatkan dari Bu Eti, sehingga buku tetap terjaga.
Pembaharuan perpustakaan di SDI Tibakisa menjadi perpustakaan ramah anak ternyata memberikan dampak yang menyeluruh. Kepala Sekolah, Guru, siswa, para warga sekolah tentunya yang paling pertama mendapatkan menfaatnya. Tak hanya sampai di sekolah, manfaat itu menyebar ke semua lapisan. Orang tua melalui para guru yang melaporkan perkembangan kemampuan membaca siswanya dan menghimbau mereka untuk ikut mendampingi menjadi lebih tahu kemampuan anaknya. Anak-anak lain melalui Rianti yang dengan penuh semangat berbagi buku bacaan yang dipinjamnya dari perpustakaan juga bisa terpapar buku-buku anak yang menarik, sehingga menumbuhkan minat mereka untuk membaca. Semua lapisan dan kalangan bisa mendapatkan manfaatnya. Semoga perpustakaan ramah anak ini terus menyala agar menfaat yang diberikan terus menyebar luas.