Aku adalah pustakawan di SDK Towaklaing. Perkenalkan namaku Martha Nenak, S.Pd. Aku biasa dipanggil Ibu Martha oleh siswa di sekolah. Sebelum menjadi pustakawan aku adalah guru mata pelajaran Matematika dan IPA. Datangnya program Perpustakaan Ramah Anak dari Taman Bacaan Pelangi ke sekolah kami membuat vitalisasi fungsi perpustakaan dan harus ada tenaga khusus untuk mengelola perpustakaan, dan sekolah menunjukku untuk melaksanakannya. Apakah aku bisa? Semoga saja. Di Desa Nila tempat saya dilahirkan, saya melihat bagaimana kesempatan ini mampu membuka cakrawala berpikir siswa melalui buku. Saya ingin anak-anak di daerah saya mendapatkan akses fasilitas buku dan mencintai buku. Sebagai pustakawati, tugasku yaitu ingin menjalankan program layanan perpustakaan sebaik-baiknya.
Awalnya saya bingung karena saya biasa bertemu dengan angka dan kalkulasi harus beralih untuk bertemu dengan buku – buku dan nomor induknya. Saya bingung cara pembukuan, daftar kegiatan membaca namun saya selalu bertanya pada orang yang saya anggap lebih tahu, bertanya pada kepala sekolah bagaimana tata cara dan lain halnya. Saya mulai belajar dari awal dari petunjuk dari rekan guru atau buku panduan bagaimana pengelolaan perpustakaan. Saya senang banyak ilmu yang saya peroleh, ternyata membuka buku saja ada tekniknya supaya buku tetap awet dan rapi atau bagaimana jenjang buku sesuai kemampuan anak. Ternyata detail sederhana seperti itu sampai diperhatikan dan penting bagi siswa. Saya ingin menjalankan peran ini sebaik mungkin.
“Buku adalah jendela dunia. Dengan membaca buku wawasan seseorang bisa bertambah. Demi memberi kemudahan akses siswa terhadap jendela dunia itu, guru harus turut menyediakan layanan perpustakaan pada saat jam kunjung per minggunya. Murid akan mencontoh gurunya, dimulai dari situ”.
Di saat jam istirahat siswa sangat ramai berkunjung, terkadang saking asiknya mereka sampai ribut maka saya akan ingatkan kembali pada anak anak harus ingat peraturan perpustakaan yang telah diajarkan bahwa berbicara dengan tenang agar suasana membaca bisa lebih fokus dan nyaman. Jikalau aku terlalu sibuk melayani peminjaman buku, aku akan meminta siswa relawan untuk mengkondisikan suasana perpustakaan.
Selain itu, aku juga mengingatkan guru kelas saat jam kunjung mereka dua hari sebelumnya. Di saat tiba jam kunjung mereka, saya akan tanyakan “Bapak/Ibu bagaimana? Jadi tidak masuk perpustakaan?” saya tidak memaksa mereka hanya sebagai pengingat sesuai jadwalnya. Selain itu, aku juga akan menggantikan guru yang sedang berhalangan hadir untuk jam kunjung perpustakaan, saya akan membawa siswa kelasnya untuk kegiatan membaca berpasangan atau membaca mandiri di perpustakaan.
Akhirnya semua terlaksana dengan lancar. Kulihat senyum siswa kala mengembalikan buku atau melihat buku dengan judul baru di rak. Senangnya hatiku dengan tugasku, aku bersyukur di bulan Mei lalu tercatat dari 84 siswa di SDK Towaklaing telah meminjam sebanyak 329 buku.