Sudah beberapa bulan belakangan ini, yaitu sejak bulan Maret – Juni lalu, pembelajaran tatap muka di sekolah sudah tidak efektif lagi dilakukan. Banyak guru berinisiatif untuk datang mengunjungi rumah siswa untuk sekedar menanyakan kabar dan menyampaikan bahan ajar yang sudah tertinggal.
Di tahun ajaran baru ini, Belajar Dari Rumah (BDR) masih menjadi opsi pertama di hampir semua sekolah di Indonesia. Kegiatan ini juga menjadi opsi pertama yang dilaksanakan oleh semua sekolah mitra Taman Bacaan Pelangi yang ada di Indonesia Timur.
Selain itu, beberapa sekolah juga mendatangkan murid baru ke sekolah dalam rangka pelengkapan administrasi siswa baru dengan penerapan protokol kesehatan sesuai dengan yang dianjurkan.
Beberapa waktu lalu, Taman Bacaan Pelangi berdiskusi dengan Kak Alain Verson, relawan CIS Timor, sebuah Lembaga kemanusiaan yang bergerak NTT. Salah satu program mereka adalah penguatan lingkungan Pendidikan dan masyarakat yang inklusif.
Beberapa poin utama pembahasan yang kami lakukan adalah bahwa musim pandemic ini menjadi kesempatan emas bagi guru-guru untuk bisa mengajar dengan lebih inklusif. Guru-guru bisa mulai memetakan anak didiknya berdasarkan kecakapan dan kemampuan mereka yang berbeda-beda.
Guru tidak selalu mampu dengan maksimal untuk mengajar anak secara inklusif ketika berada di dalam ruangan kelas. Banyak juga guru yang mengaku tidak mengetahui metode yang lebih efektif untuk mejadi pendidik yang inklusif. Hal ini bisa terjadi karena di beberapa wilayah Indonesia, belum semua kecamatan memiliki sekolah inklusif, walaupun sudah diatur di dalam Permendiknas No.70 tahun 2009.
“Setiap kecamatan memiliki satu sekolah inklusif untuk semua satuan pendidikan.”
Implementasi permendiknas yang sudah dibuat sebelas tahun lalu ini bahkan belum merata dan dilaksanakan di semua kecamatan di seluruh Indonesia. Ketiadaan bimbingan maupun pendampingan dari dinas Pendidikan terkait membuat banyak guru tidak memiliki bekal yang cukup untuk menjadi pendidik yang inklusif.
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan oleh guru untuk menjadi inklusif dalam pembelajaran jarak jauh maupun belajar dari rumah selama musim pandemi covid-19:
1. Kenali kemampuan setiap anak. Anak-anak yang dinilai memiliki kemampuan yang cepat menangkap pelajaran tidak perlu didatangi setiap hari.
2. Membuat kelompok belajar siswa. Kelompok siswa bisa dibuat berdasarkan kemampuan siswa dan yang rumahnya berdekatan. Jadi, ketika guru datang berkunjung, bisa menghemat waktu dan banyak murid yang mendapatkan materi yang sama dalam waktu yang sama.
3. Guru bisa mendatangi anak-anak yang lebih membutuhkan bantuan lebih sering tanpa khawatir telah mengabaikan anak lainnya.
4. Menyesuaikan tema belajar sesuai dengan kemampuan setiap anak
Mudah-mudahan pandemi ini bisa dimanfaatkan oleh guru untuk bisa mencari metode-metode belajar jarak jauh yang lebih inklusif. Semua guru pada akhirnya punya kemampuan dan kesempatan untuk menjadi inklusif kan? Anak didik akan menjadi yang paling diuntungkan dengan metode inklusif ini.
Selamat mencoba.
Sumber Bacaan:
Permendiknas No.70 Tahun 2009
UU Disabilitas Tahun 2016
Permendikbud No.22 Tahun 2016
Permendikbud No.103 Tahun 2014