Jika seseorang bertanya tentang pengalaman yang paling berkesan tentunya kita akan langsung tertuju pada pengalaman sedih ataupun pengalaman bahagia yang pernah kita alami. Baik pengalaman bahagia ataupun sedih ini akan selalu kita ingat dengan baik di kepala kita. Seperti hal nya kali ini, saya ingin berbagi pengalaman paling berkesan saat menjadi fasilitator di pelatihan perpustakan ramah anak Taman Bacaan Pelangi untuk pertama kali. Tepatnya pada bulan September 2019 yang lalu, dimana setelah 3 hari pelatihan tentang jam kunjung perpustakaan, para peserta pelatihan mempunyai kesempatan untuk melakukan praktek kegiatan membaca di sekolah terdekat mitra TB Pelangi yaitu SDK Paupire. Pada kesempatan saat itu saya berkesempatan mengobservasi 4 orang guru, salah satunya yang akan ku ceritakan melalui tulisan ini, yaitu Ibu Dolo.
Ibu Dolo merupakan guru dari SDN Wolowaru 3, dan hari itu bu Dolo melakukan praktek membaca lantang. Sebelum mulai kegiatan, Bu Dolo sempat bilang kalau dia merasa gugup karena ini baru kali pertama bagi nya melakukan kegiatan membaca lantang. Ditambah lagi, kali ini ia akan praktek di kelas rendah, dimana dia belum punya pengalaman mengajar di kelas rendah karena dia merupakan guru kelas tinggi disekolah tempatnya mengabdi. Meskipun sangat gugup akan tetapi bu Dolo tetap terlihat semangat untuk membacakan buku cerita saat melihat anak-anak kelas satu yang super excited menunggu cerita yang akan Bu Dolo bacakan untuk mereka.
Hari itu bu Dolo membacakan buku cerita yang berjudul Noken Mika, karya Astri Riyadi. Sebelum masuk ke bagian inti membacakan cerita, bu Dolo mencoba mengikuti langkah – langkah dalam membaca lantang salah satunya memperlihatkan gambar sampul buku dan mengaitkan gambar yang terdapat di sampul buku dengan keseharian anak-anak melalui pertanyaan sederhana.
Bu Dolo : Apa yang kalian bisa lihat pada sampul buku ini ?
Siswa : Ada babi, anak kecil, bunga, buku dan krayon bu.
Bu Dolo : Bagus, disini siapa yang punya babi di rumah ?
Siswa : saya buuuu jawab anak ramai…
Siswa A : saya suka makan babi panggang bu!
Bu Dolo : Oh begitu, siapa lagi yang suka makan daging babi ?
Siswa : saya suka sate babi, saya suka babi bakar, saya suka babi kecap, jawab anak-anak dengan penuh antusias. Ibu Dolo juga terlihat senyum-senyum sendiri mendengar jawaban anak-anak yang polos dengan nada yang antusias itu. Namun disela – sela itu, ada satu anak hanya berdiam diri ketika anak-anak lain menyebutkan olahan babi kesukaan mereka. Kemudian bu Dolo bertanya kepada anak ini, kamu suka olahan babi apa ? Saya orang islam bu, jadi tidak makan babi. Ibu Dolo cukup terlihat kaget saat mendengar jawaban anak X yang mana bu Dolo beranggapan karena sekolah ini merupakan SD Khatolik jadi dia beranggapan kalau semua siswa nya akan beragama khatolik. Namun dugaan itu kurang tepat untuk sekolah SDK Paupire.
Disisi lain bu Dolo juga terlihat senang melihat teman-teman satu kelas anak X yang sudah mulai menghargai perbedaan sejak kecil,hal itu terlihat ketika mereka menambahkan dengan kompak dari penyataan anak X, kalau anak X tidak boleh makan atau pegang babi, tapi boleh melihat nya. Aku yang saat itu menyaksikan kejadian tersbut juga ikut bangga sekaligus terharu bahwa melalui kegiatan membaca anak-anak secara gamblang bisa menghargai dan belajar toleransi antar sesama. Kegiatan hari itu berjalan dengan sangat menyenangkan, anak-anak sangat antusias mengikuti tahap demi tahap kegiatan membaca dan bu Dolo juga tidak terlihat gugup lagi seperti sebelum kegiatan membaca. Meskipun ada beberapa dari tahapan kegiatan membaca yang terlewatkan, namun bagi saya hari itu bu Dolo sudah melakukan tugas nya dengan baik, terutama saat dia tidak menjelaskan tentang toleransi kepada anak, melainkan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mengalami sendiri apa itu toleransi. Well done Dolo !!