Tidak terasa, implementasi program Perpustakaan Ramah Anak kerjasama INOVASI dengan Taman Bacaan Pelangi (TBP) di Sumba Timur telah berjalan 3 bulan. Dinamika yang berbeda di masing-masing perpustakaan, menginspirasi kami untuk menghubungkan perpustakaan dengan para pihak yang fokus dalam isu literasi, misalnya Dinas Perpustakaan, pegiat literasi, untuk memotivasi dan membuka jejaring inspirasi bentuk-bentuk kegiatan literasi lainnya yang dapat dikembangkan di sekolah.
Berawal dari pertemuan saat lomba bercerita tingkat SD/MI tingkat Kabupaten tanggal 13 Juni 2019, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sumba Timur akhirnya berkenalan dengan Perpustakaan Ramah Anak SDN Mondu dan SDI Laipori. Tentu saja itu adalah kali pertama dua sekolah tersebut mengikuti kegiatan lomba bercerita ini. Karena dua tahun berturut-turut, peserta lomba hanya difokuskan untuk sekolah-sekolah yang ada di dalam Kota Waingapu. Baru tahun ini SD/MI dari wilayah pinggiran kota dilibatkan.
Tanggal 17 Juni 2019, kunjungan pertama dilakukan di SDN Mondu. Dalam kunjungan ini hadir Kepala Dinas dan Kepala Bidang Perpustakaan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan. Membuka kunjungan hari itu, Bapak Ir. Makahar Djawaray (Kadis Perpustakaan dan Kearsipan) menjelaskan maksud kunjungan kepada semua guru dan pegawai yang hadir. “Kami berkunjung ke SDN Mondu untuk belajar tentang apa itu perpustakaan ramah anak. Karena walaupun kami bertugas di Dinas Perpustakaan namun latar belakang pendidikan kami dari peternakan sehingga kami harus datang belajar disini” ungkapnya.
Dalam kesempatan ini Kepala SDN Mondu Bapak Andreas Ndara Duka Kaleka, S.Pd beserta Ibu Yaku Danga sebagai pustakawan menjelaskan banyak hal terkait apa itu perpustakaan ramah anak, bagaimana manajemen perpustakaan dan pentingnya pelaksanaan jam kunjung perpustakaan. Saat menunjukkan rak buku dengan susunan buku yang ditata sedemikian rupa, Ibu Yaku Danga segera menjelaskan tentang penjenjangan buku dengan mengacu pada poster jenjang yang terpasang di dinding. “Buku ini diatur perjenjang karena disesuaikan dengan kemampuan baca anak. Sistem jenjang menggunakan simbol hewan, buku ditempeli stiker jenjang dan dipajang dengan judul buku menghadap kedepan. Ini sangat membantu anak ketika harus memilih buku, karena ada banyak buku disini” demikian penjelasannya.
“Bagaimana dengan sistem peminjamannya? Bagaimana cara agar buku dipastikan kembali dalam waktu 3 hari. Karena pengalaman kami pada buku-buku yang dipinjam oleh masyarakat di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan, seringnya tidak kembali” tanya Ibu Elisabeth, Kepala Bidang Perpustakaan. Dengan cekatan Ibu Yaku Danga menunjukkan buku peminjaman dan menceritakan bagaimana sistem peminjamannya. Tentu saja, ini menjadi catatan pembelajaran menarik bagi perpustakaan ramah anak. Karena jika mimpi ke depan, buku-buku bukan hanya di pinjam oleh anak-anak tetapi juga oleh masyarakat sekitar (untuk mengembangkan minat baca masyarakat juga) maka sekolah harus memastikan sistem peminjamannya sudah kuat. Misalnya harus ada mekanisme peminjaman dan pengembalian yang jelas, pihak mana saja yang berperan dalam hal ini, jenis sanksi bersama seperti apa yang disepakati (jika ada).
Kunjungan kedua dilaksanakan di SDI Laipori tanggal 19 Juni 2019. Kali ini selain Kepala Dinas hadir juga Kepala Seksi Pembinaan Ormas, Orpol dan Kepala Seksi Pembinaan OPD dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sumba Timur. Kunjungan diawali dengan membahas hasil lomba bercerita antar sekolah, dimana SDI Laipori meraih juara dua tingkat Kabupaten.
“Ini kali pertama kami terlibat Bapak dan anak kami langsung meraih juara 2. Kami sangat bangga, walaupun kami SD di pinggiran kota kami juga bisa bersaing di tingkat Kabupaten” ucap Ibu Mery Herlianis Lay, S.Pd, Kepala SDI Laipori dengan gembira.
Menanggapi hal ini, Bapak Kadis Perpustakaan dan Kearsipan menjelaskan bahwa justru kali ini materi cerita rakyat yang dilombakan lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya saat melibatkan sekolah/ madrasah dalam Kota Waingapu. Dan memang harus diakui soal cara membawakan cerita, ekspresi, intonasi dari peserta wakil SDI Lapori saat lomba sangat luar biasa.
Tentu saja, selain karena kemampuan anak, hal tersebut juga didukung oleh cara guru pembimbing mendampingi anak selama masa persiapan lomba. “Untuk tehnik bercerita, intonasi dan ekspresi, sampai kelantangan dan kejelasan suara, menjelaskan kata sulit pada awal cerita, semuanya kami gunakan metode yang sudah didapat saat pelatihan perpustakaan ramah anak oleh TBP. Kami rasakan benar manfaat pelatihan kali lalu” jelas Ibu Itha Lape, sebagai guru pembimbing. Selanjutnya diskusi diisi dengan penyampaian ide-ide kegiatan lainnya yang memungkinkan dilakukan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan untuk mendukung literasi di sekolah-sekolah.
Pada kesempatan ini juga, Ibu Ina Kana selaku pustakawan menceritakan tentang antusiasme anak-anak dalam meminjam buku. “ Bulan April jumlah buku yang dipinjam mencapai angka 220, bulan Mei di angka 896, sedangkan bulan Juni peminjaman buku dihentikan karena sudah masuk musim ulangan dan libur kenaikan kelas” kata Ibu Ina seraya menunjukkan buku peminjaman pada Kadis dan tim dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan.
Diskusi berlangsung seru. Selain bertanya tentang kegiatan-kegiatan di perpustakaan dan manfaat yang dirasakan oleh sekolah, Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Sumba Timur juga bertanya terkait “konsep ramah anak” dalam seluruh kegiatan belajar mengajar di kelas, bukan hanya di perpustakaan saja. Di sela-sela diskusi, sesekali tim dari Dinas menyapa anak-anak yang sedang berkunjung ke perpustakaan dan melihat-lihat buku yang sedang mereka baca.
“Terimakasih TBP, sudah membawa kami ke tempat belajar yang luar biasa ini. Semoga setelah ini, kita makin banyak berkolaborasi untuk melakukan kegiatan-kegiatan literasi di Sumba Timur” ungkap Pak Kadis menutup kunjungan hari itu.
Wenda Radjah
Juni 2019