Diresmikan pada bulan Juli 2018 yang lalu, tidak terasa 10 bulan sudah Perpustakaan Ramah Ramah Anak SDM Payeti 2, Sumba Timur berjalan. Ada banyak cerita tentunya, mulai dari keaktifan guru dan anak memanfaatkan perpustakaan sampai bagaimana pengelolaan perpustakaan itu sendiri agar terus berlanjut.
Adalah Ibu Basilia Lende yang kerap disapa Ibu Lia, pustakawan kita yang selalu setia. Perempuan berdarah Sumba Barat ini adalah lulusan D-2 Perpustakaan Universitas Terbuka yang diwisuda tahun 2017 silam. Ibu Lia melamar jadi pustakawan setelah pihak SDM Payeti 2 mengumumkan kebutuhan pustakawan sekolahnya. Setelah itu SDM Payeti 2 bekerjasama dengan Taman Bacaan Pelangi (TBP) untuk Perpustakaan Ramah Anak.
“Dari awal saya komitmen menyiapkan tenaga khusus untuk pustakawan. Kasihan kalau pustakawan harus merangkap jadi guru, mereka mau fokus kelola perpustakaan atau mengajar di kelas. Padahal kita mau punya perpustakaan yang baik” demikian penjelasan Ibu Siska, Kepala SDM Payeti 2.
Waktu pertama bertemu Ibu Lia, saya bisa merasakan energi luar biasa dalam diri perempuan berkulit hitam manis ini. Lihat saja bagaimana dengan gesit Ibu Lia menindaklanjuti setiap hasil kunjungan staff TBP. Jika itu adalah hal yang bisa segera dilakukan maka saat itu juga beliau melakukannya.Misalnya ketika diberi masukan agar merapikan kembali meubel yang terkelupas agar tidak membahayakan anak-anak, beliau langsung merapikan dengan isolasi bening.
Keseriusan Ibu Lia mengelola perpustakaan sangat terlihat. Ruangan perpustakaan dan buku-buku yang tertata rapi, daftar peminjaman buku yang lengkap setiap bulannya, daftar kegiatan membaca guru dan siswa, bekerjasama dengan siswa relawan. Buku-buku yang sobek dirapikan kembali dengan isolasi agar bisa dibaca lagi. Ini yang buat anak-anak betah berkunjung, baik saat ada jam kunjung, jam istirahat, jam pelajaran kosong sampai jam pulang sekolah. Ibu Lia juga pandai membacakan cerita loh, anak-anak sangat suka dibacakan cerita oleh beliau.
Kabarnya ada siswa kelas 2a, namanya Petra Iki, dia adalah pengunjung setia saat jam istirahat dan pulang sekolah. Wah, perpustakaan ternyata bisa bikin siswa mau berlama-lama di sekolah ya?
.
Keseriusan Ibu Lia rupanya berbuah manis. Sejak tahun 2019 honornya sebagai pustakawan akhirnya dinaikkan. “Saya lihat kinerja orang, jika kinerja baik kenapa tidak kita dukung? Toh, ada peluang yang bisa digunakan dari dana BOS (Biaya Operasional Sekolah) Pusat yang bersumber dari APBN. Kebetulan siswa di sekolah kami banyak yakni berjumlah 311 orang jadi kami dapat BOS Pusat” kata Ibu Siska di sela-sela kunjungan kami. Kenaikan ini mungkin tidak seberapa, tetapi tentu saja sangat berarti bagi Ibu Lia.
Cerita tentang serunya perpustakaan SDM Payeti 2 ini juga ternyata menarik perhatian para pegiat literasi di Sumba Timur. Pada sebuah kesempatan berkunjung mereka berdiskusi dan menanyakan banyak hal pada Ibu Lia dan Ibu Siska. Mereka ingin segera menerapkan hal-hal baik yang sudah dicapai perpustakaan ini di taman baca yang mereka kelola.
Nah ternyata di balik warna-warni cerita perpustakaan yang kamu baca ini, ada sosok-sosok yang begitu berbesar hari untuk terus berkorban. Berkorban waktu dan tenaga bahkan berkorban menerima gaji kecil sekian lama. Ada juga sosok yang memanfaatkan kewenangannya untuk menghargai hasil kerja orang lain sebaik mungkin. Dan ketika mereka bekerjasama, percayalah perpustakaan kecilmu semakin bernyawa.
Semoga semesta memperhatikan setiap ketulusan dan pada saatnya ada keajaiban kecil terjadi. Doakan pustakawanmu selalu ya!