Siontapina. Mungkin Anda baru mendengar nama tempat ini. Siontapina adalah nama sebuah Kecamatan di Kabupaten Buton, pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Di kecamatan ini ada 11 desa, dua diantaranya adalah Desa Labuan Diri dan Desa Sumber Sari. Jarak dari Kotamadya Baubau ke Siontapina sekitar 72 km.
Apabila menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat membutuhkan waktu sekitar 2 jam perjalanan. Labuan Diri dan Sumber Sari adalah desa yang bersebelahan. Kedua desa ini adalah desa yang dihuni oleh penduduk transmigran. Di Labuan Diri umumnya adalah transmigran lokal, sedangkan di Desa Sumber Sari mayoritas penduduknya adalah transmigran dari pulau Jawa.
Mayoritas pekerjaan warga Labuan Diri dan Sumber Sari adalah petani. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, hampir semua warga di kedua desa ini menanam padi dan jagung. Dan sebagian warganya menanam nilam sebagai komoditi andalan. Nilam adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak yang dinamakan minyak nilam. Aroma minyak nilam dikenal berat dan kuat dan telah berabad – abad digunakan sebagai wangi – wangian dan bahan dupa atau setanggi pada tradisi timur.
Baik di Labuan diri dan di Sumber Sari oleh pemerintah telah dibangun beberapa fasilitas pendidikan. Di antaranya SDN 01 Sumber Sari di Desa Sumber Sari dan SDN 01 Labuan Diri di desa Labuan Diri. Di kedua sekolah yang siswanya didominasi oleh anak – anak petani inilah Taman Bacaan Pelangi hadir.
Perpustakaan ramah anak di Sumber Sari dan Labuan Diri merupakan perpustakaan ramah anak pertama di Kabupaten Buton.
Sabtu, 02 Maret 2019 saya melakukan kunjungan ke kedua sekolah tersebut. Saya bertemu dan berdiskusi dengan Ina Susanti, Kepala Sekolah SDN 01 Sumber Sari. ibu Santi, panggilan akrabnya dengan senang hati menerima kedatangan kami. “Sekolah senang, dengan hadirnya perpustakaan ini anak – anak semakin rajin membaca di perpustakaan”papar ibu Santi saat berdiskusi. Kami juga diperkenalkan kepada beberapa guru di sekolah tersebut dan ibu pustakawati yang baru, ibu Vivi.
Selanjutnya, ditemani ibu Santi, kami menuju perpustakaan. Sebelum masuk, di samping pintu ada tertulis peraturan perpustakaan. Salah satu aturannya yakni membuka sepatu atau sandal di luar ruangan. Siswa – siswi di sekolah tersebut pun dengan spontan melepaskan sepatunya sebelum masuk ke ruang perpustakaan. Saya memperhatikan anak – anak tersebut satu per satu. Wah, kelihatan sederhana tapi apabila dilakukan secara terus menerus, pasti anak – anak menjadi terbiasa dan kebiasaan ini pasti akan terbawa terus sampai mereka dewasa.
Masuk ke dalam perpustakaan kami diarahkan ibu Vivi, sang pustakawati untuk mengisi buku tamu. Selain saya, ada juga ibu Elisabeth dari Givaudan. Di setiap sudut ruangan yang berukuran 6 x7 tersebut anak – anak terlihat begitu asyik menikmati isi bacaan dari setiap buku yang dibaca. Ada yang mengambil tempat di pojok ruangan, ada yang membaca bersama teman – temannya dalam satu meja, ada juga yang memilih membaca sendiri – sendiri.
Kelihatannya sangat asyik. Buku – buku yang di pajang di rak buku semuanya adalah buku bacaan anak – anak, inilah salah satu hal yang membuat anak – anak rajin masuk dan membaca di perpustakaan. Perpustakaannya juga di tata sangat menarik. Ada bahan kaya bacaan karya siswa – siswi yang di pajang, lantainya juga dipasang karpet sehingga bisa duduk lesehan di atas karpet. Di salah satu dinding tembok, ditempel jadwal kunjungan perpustakaan. Begitu mengasyikkan.
Kami juga mengunjungi SDN 01 Labuan Diri. Kepala Sekolahnya Bapak Ismail. Beliau baru ditugaskan menjadi Kepala Sekolah yang baru di sekolah tersebut. Aktifitas di perpustakaan SDI 01 Labuan Diri hampir sama dengan di SDN 01 Sumber Sari. Selain jam kunjung bebas pada saat istirahat, di perpustakaan juga sering diadakan kegiatan membaca oleh guru – guru. ada jadwalnya untuk masing – masing kelas.
Setiap kelas mendapat jatah satu jam pelajaran untuk setiap minggu atau sekitar 35 menit. Kegiatan baca yang sering dilaksanakan diperpustakaan yakni membaca lantang, membaca bersama, membaca berpasangan dan membaca mandiri.
Semoga dengan hadirnya perpustakaan Taman Bacaan Pelangi, dapat bermanfaat bagi anak – anak petani nilam di Siontapina.
Ende, 18 Maret 2019
(Aloisius Avion)