Melihat para guru berbagi ilmu kegiatan membaca dengan rekan sesama guru memiliki keseruan tersendiri bagi koordinator proyek. Mungkin inilah kenapa kami mendampingi proses orientasi jam kunjung perpustakaan di sekolah. Alasan lainnya adalah untuk memastikan semua guru mengamini esensi kegiatan baca tersebut yaitu saat guru menikmati kegiatan membaca, anak lebih menikmati membaca.
Suasana akrab & santai sangat mendukung proses belajar ini & karenanya perpustakaan menjadi tempat terbaik untuk orientasi. Selonjoran dalam lingkaran beralas karpet sambil berbagi materi memberi ruang bagi semua pihak untuk bertukar pikiran, bertanya pun bercanda. Saking santainya kadang sampai lupa sedang belajar karena lebih seperti bermain. Ya, pendekatan bermain sambil belajar kami harap dapat membuat guru merasakan serunya beraktifitas di perpustakaan baik bagi guru apalagi bagi anak.
Saat orientasi kami meminta guru-guru untuk belajar dari perspektif anak dengan berperan sebagai murid saat rekannya mempraktekkan 4 rutinitas perpustakaan & 4 kegiatan baca. Terkadang mereka ikut usil & pura-pura sulit diatur untuk menguji kesabaran rekan mereka. Namun saat membaca lantang dipraktekkan & buku cerita dibacakan dengan ekspresi & interaksi bagi mereka, para “murid” yang usil pun yang penurut sejenak lugu lagi & ikut hanyut dalam alur hingga halaman terakhir dibalik. Setelah mereka kembali dengan kaca mata dewasanya, pertanyaan pamungkas kami keluarkan, “Kalau Ibu-Bapak sampai menganga dibacakan seperti itu, kira-kira anak-anak akan bagaimana e? ”. “Pasti mereka senang sekali e,apalagi yang kecil-kecil itu.”, sahut mereka. Dengan mengingat serunya dunia anak semoga para guru semangat untuk terus menghidupkannya di perpustakaan.
J.J.
Artikel ini telah dimuat & diedarkan di jurnal Ruang Baca edisi ke-9, 2019.