Organisasi Nirlaba Taman Bacaan Pelangi (TB Pelangi) hari ini meresmikan perpustakaan ramah anak di SDK Nangapanda 1, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Perpustakaan ini secara keseluruhan merupakan perpustakaan ke-100 yang telah didirikan oleh TB Pelangi selama hampir sembilan tahun kiprahnya. Kini, sebanyak 26.000 anak yang tersebar di 17 pulau di Indonesia Timur mendapatkan akses buku bacaan yang berkualitas.
Nila Tanzil, Founder Taman Bacaan Pelangi, menyatakan, “Ini merupakan momen yang sangat mengharukan bagi TB Pelangi. Terima kasih kepada begitu banyak pihak yang telah mendukung kami selama ini, baik pihak sekolah, orangtua siswa, pemerintah daerah, hingga para relawan dan penyandang dana. Tanpa mereka, semua capaian ini tidak mungkin terwujud.”
Peresmian perpustakaan ke-100 tersebut merupakan bagian dari rangkaian peresmian perpustakaan siklus ketiga proyek TB Pelangi dengan dana dari sebuah LSM internasional dalam bidang pendidikan Room to Read. Pada siklus ini, TB Pelangi mendirikan 20 perpustakaan di Kabupaten Ende. Sebelumnya, pada siklus kedua, TB Pelangi telah membuka 18 perpustakaan di Kabupaten Ende, dan, pada siklus pertama, 12 perpustakaan di Kabupaten Manggarai Barat.
Dukungan yang diberikan TB Pelangi mencakup perbaikan fisik ruang perpustakaan sekolah, penyediaan perabot perpustakaan, penyediaan buku cerita anak-anak, pelatihan bagi para kepala sekolah, guru, dan pustakawan serta pendampingan selama proses berlangsung. Selain itu, setiap perpustakaan yang didirikan dengan dukungan TB Pelangi selalu dipastikan menerapkan konsep perpustakaan yang ramah anak.
“Kami berterima kasih kepada Taman Bacaan Pelangi atas kepeduliannya terhadap anak-anak di Kabupaten Ende. Pendirian perpustakaan ramah anak yang diinisiasi oleh Taman Bacaan Pelangi sangat membantu kemajuan kualitas pendidikan di daerah ini. Kami juga merestui advokasi yang dilakukan oleh TB Pelangi untuk memasukkan Jam Kunjung Perpustakaan ke dalam kurikulum sekolah. Menurut kami, ini adalah salah satu awal baik untuk membangun kebiasaan membaca anak-anak,” kata Petrus Guido No, SH, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende.
Konsep perpustakaan ramah anak merupakan hal baru bagi para guru di Kabupaten Ende. Para guru, termasuk kepala sekolah dan pustakawan diberikan pelatihan khusus tentang sistem pengelolaan perpustakaan serta kegiatan membaca yang dapat menumbuhkan minat baca anak-anak.
“Proses yang kami lalui sangat memperluas wawasan kami. Pustakawan dan guru-guru mendapat pembekalan bagaimana lebih aktif terlibat dalam kegiatan di perpustakaan dan membuatnya lebih mengasyikkan bagi para siswa. Seperti berkeliling dan mendengarkan siswa membaca, memuji upaya mereka, membantu yang kesulitan, dan melakukan berbagai kegiatan interaktif. Semua dilakukan agar anak-anak mendapatkan yang terbaik,” ujar Martha Mariati, Kepala SDK Nangapanda 1.
Nila Tanzil berharap perpustakaan Taman Bacaan Pelangi dapat menjadi perpustakaan model bagi sekolah-sekolah lain di Indonesia Timur. “Guru-guru sudah dilatih dan mereka dapat berbagi ilmu kepada guru-guru di sekolah-sekolah lainnya yang belum memiliki perpustakaan ramah anak.”
Usai peresmian, TB Pelangi akan terus melakukan pendampingan bagi sekolah-sekolah tersebut secara regular. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa proses pengelolaan dan kegiatan membaca di perpustakaan berjalan lancar, fasilitas yang ada berfungsi dengan baik, serta pustakawan dan guru telah cakap dalam menjalankan fungsi dan peran masing-masing.
Didirikan pada tahun 2009, Taman Bacaan Pelangi adalah organisasi nirlaba yang berfokus pada pendirian perpustakaan ramah anak di daerah terpencil di Indonesia Timur. Dengan diresmikannya perpustakaan ke-100 ini, secara keseluruhan, Taman Bacaan Pelangi telah membantu memberikan akses ke lebih dari 200.000 buku bacaan yang berkualitas kepada lebih dari 26.000 anak-anak di daerah terpencil yang tersebar di 17 pulau di Indonesia Timur, dari Lombok hingga ke Papua.