Sudah sejak pertengahan bulan Maret lalu saya berada di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara. Walaupun menjadi pengalaman pertama, saya tidak mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan masyarakat, budaya, maupun makanan di sini. Saya bersyukur akan hal itu!
Sudah hampir satu setengah bulan ini saya juga menjadi teman dan menjadikan adik-adik di Labuan Diri dan Sumber Sari menjadi teman baru saya. Saya akan mendirikan dua perpustakaan ramah anak di masing-masing desa di Kab. Buton ini, yaitu di SDN 1 Labuan Diri dan SDN 1 Sumber Sari. Kehadiran kedua perpustakaan Taman Bacaan Pelangi di Kabupaten Buton ini merupakan hasil kerja sama antara Taman Bacaan Pelangi dengan Yayasan Givaudan.
Jarak dua sekolah ini hanya terpaut 10 menit naik motor, hanya saja karena kondisi jalan yang memprihatinkan, kadang bisa lebih dari 10 menit untuk menjangkau satu sekolah ke sekolah yang lain.
Kedua sekolah ini memiliki keunikannya masing-masing. Labuan Diri yang hampir semua merupakan penduduk asli Buton, sedangkan Sumber Sari dihuni oleh penduduk transmigran dari Pulau Jawa yang sudah berpuluh-puluh tahun tingga di desa itu. Jadi di Sumber Sari saya selalu mendengar orang berbahasa Jawa, sedangkan di Labuan Diri berbahasa Buton. Kami semua sama-sama berbahasa Indonesia kalau sedang berkumpul. :))
Selama proses mempersiapkan perpustakaan sekolah yang tadinya jadi gudang dan ruangan kelas, saya sangat terbantu oleh adik-adik murid di sekolah. Mereka merupakan penolong sekaligus pemberi harapan bagi saya ketika saya hampir angkat tangan dengan kondisi sebenarnya yang terjadi di sekolah.
Anak-anak di Labuan Diri misalnya. Mereka dengan senang hati turut membantu untuk membersihkan perpustakaan, memasang karpet, memasang stiker, dan menyusun buku. Begitu juga dengan adik-adik di Sumber Sari. Dari dulu saya memang selalu percaya bahwa bekerja sama dengan anak-anak tidak pernah mengecewakan. Terima kasih ya, adik-adikku!
Tanpa kalian sadari, kalian pun telah menolong kakak ketika kakak hampir putus asa dan menyerah. Kalian memberikan dukungan yang paling kakak butuhkan selama berada di desa dan tinggal di antara kalian. Semangat kalian yang tidak putus-putus, juga senyum tawa kalian yang mencerahkan, dan energi kalian yang tidak habis-habis menjadi amunisi kakak untuk bangun setiap pagi dan bertemu dengan kalian di sekolah.
Terima kasih ya, adik-adikku!
Semoga kalian menjadi anak-anak yang bisa menjadi penolong siapapun dimanapun kalian berada.
Kalian adalah anak-anak briliant yang sangat mudah diajak kerja sama.
Kalian adalah penolong yang tanpa pamrih.
Buton, 28.4.2018
Monik