Hari Selasa, 13 Feb 2018 lalu perpustakaan Taman Bacaan Pelangi di SDI Ende 14 mulai dapat digunakan oleh para siswa. Untuk merayakan momen ini, sekolah bersama orang tua dan para siswa menyiapkan serangkaian acara.
Acara peresmian perpustakaan kali ini dihadiri oleh Perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Ende, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Ende, Camat Ende Timur, Lurah Mautapaga, dan segenap orang tua siswa yang selama ini telah berkontribusi dalam pengembangan perpustakaan ramah anak di SDI Ende 14.
Dalam sambutannya, Ibu Tini, Kepala SDI Ende 14 mengucapkan syukurnya atas program pengembangan perpustakaan ini. Beliau menyampaikan bahwa selama ini SDI Ende 14 yang letaknya tidak jauh dari kota sering merasa dianaktirikan. Namun, berkat kerja sama dengan Taman Bacaan Pelangi kali ini, beliau merasa SDI Ende 14 sudah naik kelas dan tidak merasa dipinggirkan lagi. Syukurlah kalau begitu 🙂
Saking senangnya karena ada acara ini, semua kelas ingin tampil saat peresmian, dimulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Lucu-lucu sekali penampilan mereka ini!
Penampilan khas Ende pun disajikan kepada para tamu yang hadir kala itu.
Setelah pita yang dipasang melintang di depan pintu perpustakaan dipotong, anak-anak dipersilakan masuk dan membaca buku. Senang sekali mereka saat diberi kesempatan masuk ke perpustakaan. Bahkan, beberapa anak datang kepada saya dan bertanya “Kaka, ini hari boleh pinjam buku kah?” Sayangnya, hari itu mereka belum diperbolehkan meminjam buku karena mereka belum diajarkan rutinitas perpustakaan (aturan, jenjang, langkah peminjaman, dan cara merawat buku).
Para orang tua yang hadir juga berkesempatan untuk masuk dan melihat isi perpustakaan. Ada beberapa orang tua yang kemudian mengambil buku untuk anaknya dan bersama-sama membaca buku. Saat berkesempatan berbincang dengan orang tua, saya mulai bertanya-tanya pendapat mereka tentang perpustakaan.
Salah satu orang tua siswa menyampaikan ucapan terima kasihnya karena buku-buku yang ada di perpustakaan sangat beragam. Beliau berharap kelak putranya mengetahui segudang kosa kata sehingga tidak tertinggal dibanding teman-teman yang ada di wilayah lain, terutama saat menulis cerita.
Ende
Mahrita