Selain memberikan bantuan renovasi dan buku-buku berkualitas untuk anak-anak, program pengembangan perpustakaan yang dilakukan oleh Taman Bacaan Pelangi juga menyasar sumber daya manusia yang berkaitan dengan perpustakaan, yaitu kepala sekolah, guru, dan pustakawan di sekolah. Oleh karena itu, akhir bulan Oktober lalu, kepala sekolah, perwakilan guru, dan pustakawan dari 18 sekolah di Kab. Ende yang bekerja sama dengan Taman Bacaan Pelangi mengikuti Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan di Hotel Flores Mandiri, Kab. Ende.
Peserta pelatihan kali ini dibagi menjadi dua, pelatihan pertama dengan peserta dari 9 sekolah di Kecamatan Ende Utara dan Ende Selatan dilakukan pada 25-27 Oktober 2017, sedangkan sembilan sekolah lain dari Kecamatan Ende Tengah dan Ende Timur mengikuti pelatihan pada tanggal 30 Oktober hingga 1 November di tempat yang sama. Selain perwakilan dari sekolah mitra, pelatihan ini juga dihadiri oleh perwakilan dari UPT Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dari empat kecamatan (Ende Utara, Ende Selatan, Ende Tengah, Ende Timur), serta perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Ende dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Ende.
Pelatihan dibuka dengan sambutan dari Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Ende dan Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Ende.
Di hari pertama pelatihan, peserta mempelajari tujuan utama perpustakaan ramah anak, yakni menumbuhkan kebiasaan membaca pada anak-anak. Di hari ini pula, peserta mengidentifikasi peran dan tanggung jawab berbagai pihak yang ada di sekolah. Ternyata, tidak hanya pustakawan yang memiliki peran dan tanggung jawab di perpustakaan, namun juga kepala sekolah, guru, dan bahkan murid.
Memasuki sesi terakhir di hari pertama, peserta mulai merancang penataan perabot di perpustakaan. Banyak ide yang muncul pada sesi ini, karena memang peserta diberi kebebasan untuk berkreasi sesuai dengan pertimbangan mereka masing-masing.
Jenjang menjadi bahasan utama pada pelatihan hari kedua. Buku-buku yang ada di perpustakaan nantinya akan dijenjangkan berdasarkan tingkat kesulitan teks di dalamnya. Berkali-kali ditekankan bahwa jenjang ini tidak sama dengan tingkat kelas, sebab dalam satu tingkat kelas, kemampuan anak dalam membaca mungkin beragam, sehingga tidak dapat diseragamkan.
Di hari kedua, peserta juga mempelajari cara merawat buku. Yang mengundang banyak perhatian adalah cara membalik halaman buku.
Pada sesi terakhir hari kedua ini, peserta juga diajak mengidentifikasi bahan kaya bacaan yang nantinya akan dipasang di dalam perpustakaan.
Di hari terakhir pelatihan, pelatihan berfokus pada konsep perpustakaan ramah anak yang mementingkan perilaku orang dewasa. Apalah artinya sarana fisik yang lengkap dan kualitas terbaik jika perilaku orang dewasa di perpustakaan tidak ramah terhadap anak-anak.
Melalui pelatihan ini, Taman Bacaan Pelangi bersama para kepala sekolah, pustakawan, dan guru sepakat untuk menciptakan perpustakaan ramah anak di 18 sekolah terpilih di Kabupaten Ende. Sempat terucap rasa pesimis dari sebagian kecil peserta tentang konsep ramah anak di sekolah mereka, namun semua peserta akhirnya sepakat untuk sama-sama mencoba yang terbaik dalam memberikan lingkungan yang ramah anak.
Pelatihan ini merupakan ajang untuk belajar bersama-sama. Banyak sekali hal yang dapat dipelajari selama enam hari bersama para kepala sekolah, guru, pustakawan, serta aparat pemerintah. Pelatihan ini tidak melulu soal mengajari, namun keterbukaan dan komunikasi dua arah yang terjalin mampu membuka diskusi besar dan membuat kita semua belajar.
Tujuan Taman Bacaan Pelangi bersama sekolah dan aparat pemerintah di Kab. Ende ini adalah sama, untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi masa depan bangsa yang berada di bagian tengah Pulau Flores ini.
Kita berjuang bersama-sama ya, Bapak dan Ibu! ๐
Mahrita