Murid-murid SDK Wae Bangka kelas 1-5 hari Senin, 27 Feb 2017 ini sedang libur, tapi mereka tetap datang ke sekolah untuk bersama-sama menjadi saksi peresmian perpustakaan di sekolah. Mereka sudah bersiap di sekolah sejak pagi, padahal acara dijadwalkan mulai pukul 13.00 WITA.
Dengan pakaian rapi mereka menunggu kehadiran para tamu dari tim Taman Bacaan Pelangi. Saat itu saya datang lebih dulu. Setelah memastikan semua siap, saya ajak anak-anak ini bercerita. Kemudian saya ingat keinginan saya untuk belajar Bahasa Manggarai, dan saya pikir anak-anak ini bisa menjadi guru untuk saya.
Sembari menunggu, kami bernyanyi bersama sambil mengobrol dalam Bahasa Manggarai seadanya. Benar memang, anak-anak ini menjadi guru yang baik. Tanpa saya tanya, mereka sudah mengajari saya dan mereka tidak ada tuntutan untuk saya bisa langsung paham. Dengan contoh sederhana yang mereka berikan, pelajaran singkat Bahasa Manggarai hari itu malah lebih mudah saya pahami dan saya ingat.
Tak terasa ternyata pelajaran harus selesai karena tamu yang ditunggu datang juga. Hore! Berarti perpustakaan akan diresmikan.
Setelah diterima secara adat, sejumlah pihak menyampaikan ungkapan terima kasih mereka karena sekolah mereka diberi kesempatan untuk bekerja sama dengan Taman Bacaan Pelangi. Sayangnya, di tengah acara, hujan deras turun dan listrik mati.
Setelah hujan tak terlalu deras lagi, kami sepakat untuk melakukan prosesi gunting pita dan sekaligus meresmikan perpustakaan.
Hore! Pintu perpustakaan terbuka dan dinding berwarna pink yang dihias menarik kini sudah tampak. Bagian dalam perpustakaan makin indah dengan rak-rak cantik yang ditata rapi dan penuh dengan buku-buku yang menarik.
Anak-anak diberi kesempatan untuk masuk ke dalamnya, dan mereka langsung menyerbu rak dan mencari tempat nyaman untuk membaca buku yang mereka pilih. Waktu yang mereka nantikan akhirnya datang. Ruang perpus yang selama ini tertutup dan belum bisa dimasuki, kini bisa dimasuki dan buku di dalamnya bisa dinikmati.
Salah satu guru di SDK Wae Bangka saat itu mengajak putri kecilnya yang masih berusia satu tahun untuk masuk ke perpustakaan. Lea, nama anak itu, juga ikut bersemangat memilih buku. Sang ibu turut membimbingnya dan memperkenalkan buku ke anaknya sejak usia dini.
Memang benar, perpustakaan ini milik semua pihak. Dan saya tidak sabar untuk melihat Lea ketika tumbuh besar nanti, dengan akses buku berkualitas sejak masih usia satu tahun. Semoga perpustakaan ini bisa membawa anak-anak ini ke sekolah hingga yang paling tinggi. Dan menggapai cita-cita mereka yang tinggi, setinggi semangat mereka saat perpustakaan ini dibuka.
Mahrita