Kamis pagi, saya berangkat menuju kecamatan Mbeliling menggunakan sepeda motor. Sementara, rombongan yang lain berangkat dari Labuan menggunakan mobil 4 wheel drive. Saya berangkat lebih awal daripada rombongan karena saya ingin memastikan acara peresmian perpustakaan TBP ke 46 di SDI Lengkong Kaca, kecamatan Mbeliling berjalan sesuai dengan rencana. Para orang tua sudah berbondong – bondong menuju sekolah untuk ikut memeriahkan pembukaan perpustakaan yang selama beberapa bulan ini mereka ikut berkolaborasi dengan sekolah untuk menghadirkan perpustakaan Taman Bacaan Pelangi di SDI Lengkong Kaca.
Terik panas matahari terasa diatas ubun-ubun kepala karena sekolah ini terletak di lembah, Menuju sekolah ini, rombongan harus melewati sungai. Saat sungai meluap anak – anak tidak bisa pergi ke sekolah karena satu-satu nya akses menuju sekolah adalah melewati sungai. Bapak dan ibu guru biasanya memarkir motor-motor di pinggir sungai kemudian mereka melanjutkan berjalan kaki sekitar 20 menit menuju sekolah. Saat sungai berhasil dilewati, tantangan tak berhenti disitu. Jalan setapak menuju sekolah biasanya longsor karena tergerus derasnya air saat hujan lebat. Satu minggu sebelum peresmian perpustakaan jalan setapak menuju sekolah masih terputus akibat hujan lebat. Sekolah dan masyarakat bergerak cepat dengan rapat bersama dan memutuskan untuk membangun jembatan darurat dari kayu agar rombongan dari Taman Bacaan Pelangi bisa sampai di sekolah. Akhirnya, pada saat hari peresmian perpustakaan jembatan sudah selesai dan rombongan bisa sampai di sekolah. Kolaborasi bersama untuk pendidikan di Lengkong Kaca mengajarkan saya jika pendidikan adalah tanggung jawab bersama dan semua orang bisa ikut terlibat untuk memajukan nya.
Rombongan Taman Bacaan pelangi disambut oleh keriuhan anak – anak yang membentuk pagar dan kami berjalan di tengah nya. Sorak sorai tawa anak – anak adalah kebahagiaan menyambut perpustakaan ramah anak serta menyenangkan yang dipenuhi ratusan buku bacaan yang selama ini mereka impikan. Para tokoh adat dengan memakai sarung khas Manggarai, berbaju putih dan memakai udeng sudah siap dengan ayam kampung, bir, rokok dan uang sebagai syarat ritual penyambutan secara adat Manggarai. Seorang ketua adat berbicara dalam bahasa Manggarai dan beberapa kali dia mengucapkan terima kasih sudah mau datang ke SDI Lengkong Kaca. Upacara penyambutan ditutup dengan penyerahan semua syarat ritual tadi kepada rombongan Taman Bacaan Pelangi.
Pembawa acara menyebut setelah ini adalah penampilan anak – anak menyanyikan lagu “I have a dream” yang dipopulerkan oleh grup boyband Westlife. Tepuk tangan meriah dari para undangan memecah keheningan di ruang aula. Lagu “I have a dream” adalah sebuah curahan hati anak – anak di SDI Lengkong Kaca jika mereka juga berhak untuk bermimpi tinggi seperti anak – anak di kota – kota besar. Kemudian pembawa acara mempersilahkan pendiri Taman Bacaan Pelangi ibu Nila Tanzil untuk memberikan sambutan. Ibu Nila bercerita tentang kehidupan masa kecilnya yang suka dengan buku. Buku – buku bacaan seri petualangan Tin-Tin menjadi inspirasi dan membuat dia berani bermimpi di masa kecil untuk berkeliling dunia. Dia menambahkan jika sekarang dia sudah berkelining di 34 negara di dunia dan mendapatkan gelar Strata 2 di Belanda. Ibu Nila ingin jika suatu hari nanti akan ada anak – anak dari Lengkong Kaca yang mengenyam pendidikan tinggi dan juga berani bermimpi besar seperti masa kecilnya dulu.
Setelah resmi dibuka, para orang tua dipersilahkan masuk untuk melihat kondisi perpustakaan. Para orang tua tampak tersenyum bahagia melihat ratusan buku bacaan terpajang rapi di rak buku yang warna – warni. Anak – anak juga dipersilahkan memasuki ruangan perpustakaan. Binar mata mereka adalah pertanda bahwa sudah lama perpustakaan Taman Bacaan Pelangi dirindukan untuk hadir di SDI Lengkong Kaca.
Wicaksono
Lengkong Kaca, 23 Februari 2017.