Dua minggu ini adalah minggu-minggu tersibuk bagi sekolah penerima manfaat program pengembangan perpustakaan bersama Taman Bacaan Pelangi. Bagaimana tidak? Rak-rak buku didistribusikan ke sekolah, bersamaan dengan ratusan hingga ribuan buku dan berbagai perlengkapan untuk mengisi perpustakaan.
Rak buku yang dibuat di Labuan Bajo dikirim secara bergilir ke sekolah-sekolah penerima manfaat. Jumlah rak tidak sedikit, dan beratnya pun cukup membuat tangan pegal-pegal. Namun, beratnya empat buah rak tak jadi masalah ketika banyak yang turut bergerak membawanya ke ruangan perpustakaan.
Para guru, dan bahkan anak-anak dengan semangat membantu memindahkan sejumlah rak cantik tersebut untuk mengisi ruangan perpustakaan yang sudah mereka hias dengan sangat indah.
Minggu ini juga merupakan waktu untuk mendistribusikan ratusan buku ke sekolah. Selesai didistribusikan, buku-buku ini masih membutuhkan perlakuan khusus lagi. Ratusan hingga ribuan buku ini perlu dipisahkan berdasarkan jenjang, lalu ditempel stiker jenjang, agar dapat dipajang di rak perpustakaan.
Sudah menjadi perhatian kami dari awal bahwa perpustakaan ini bukan hanya tanggung jawab pustakawan, tapi juga seluruh pihak yang ada di sekolah. Oleh karena itu, saat buku sudah datang, para guru dan dibantu para siswa bersama-sama meluangkan waktu mereka untuk memasang stiker jenjang di buku. Senang sekali rasanya melihat perpustakaan ini menjadi ajang untuk menunjukkan kekompakan berbagai pihak bahkan sejak awal sebelum dibuka.
Lain lagi dengan penataan rak buku di perpustakaan. Pernah satu kali saya mengunjungi sekolah dan mendapati para guru bersama kepala sekolah dan aparat desa sedang memasang wajah yang bingung dan pusing dengan penataan rak dan ruang baca di perpustakaan. Saat itu saya ingin tersenyum bahagia, tapi saya urungkan niat tersebut. Di satu sisi, saya kasihan karena cukup berat bagi mereka untuk menyatukan berbagai ide yang muncul dari tiap orang untuk penataan ruang perpustakaan. Tapi, di sisi lain saya senang karena mereka betul-betul mencurahkan apa yang ada di pikiran mereka demi memeroleh penataan perabot yang sempurna, yang sesuai dengan indikator yang menjadi pegangan mereka.
Saya tak bisa bayangkan jika mereka tidak ada. Jika pustakawan harus bekerja sendiri. Jika para guru tidak mau meluangkan waktu mereka sepulang sekolah untuk menempel stiker di buku. Ah, untuk membayangkannya saja saya tidak sanggup. Terima kasih semuanya! Percayalah bahwa kerja keras kita semua akan berbuah indah nanti! 🙂
Mahrita