Desember lalu, saya berkunjung ke salah satu kecamatan di kabupaten Manggarai Timur untuk melakukan survei sekolah. Taman Bacaan pelangi berencana mendampingi salah satu sekolah untuk mengembangkan perpustakaan ramah anak dan menyenangkan di kecamatan Lamba leda, manggarai timur. Kecamatan Lamba leda terletak kurang lebih 160 KM dari ibu kota kabupaten Manggarai timur yaitu Borong. Saya berangkat pagi dari Labuan bajo menggunakan bis travel selama 4 jam menuju ibu kota kabupaten Manggarai, Ruteng. Sampai di Ruteng saya harus melanjutkan perjalanan selama 3 jam menggunakan mobil travel. Namun sayangnya, mobil travel dari Ruteng ke Lamba Leda hanya berangkat sekali dalam sehari pada jam 10 pagi sementara saya sampai di Ruteng sekitar pukul 2 siang. Saya harus menginap satu malam di ruteng dan melanjutkan perjalanan keesokan harinya.
Jam menunjukkan pukul 10 WITA dan mobil travel sudah menjemput saya di depan penginapan. “Bapak, nekarabo ya. Saya mau jemput penumpang yang lain dulu. Kalau sudah penuh mobilnya baru kita berangkat”, kata sang sopir. Saya pun mengiyakan permohonan nya. Sepanjang perjalanan dari ruteng menuju Lamba Leda melewati jalan berkelok – kelok namun disuguhi dengan pemandangan pegunungan hijau nan indah khas Flores.
Pukul 2 WITA, saya sampai di Lamba Leda. Saya disambut oleh bapak Yoakim Nurak kepala sekolah SMP N 1 Lamba Leda dan ditawari untuk tinggal di rumah beliau selama proses survei sekolah. Pak Yoakim adalah seorang kepala sekolah yang mempunyai dedikasi untuk membangun pendidikan di Manggarai Timur. Belasan tahun menjadi guru SMP membuat pak Yoakim paham tentang berbagai tantangan pendidikan di daerah terpencil. Salah satu nya adalah keterbatasan infrastruktur pendidikan. Zaman semakin berkembang begitu juga dengan kemajuan teknologi. Namun, masih belum ada nya listrik di sebagian besar desa di kecamatan Lamba Leda membuat proses pembelajaran menjadi tidak maksimal. “Siswa dituntut untuk lebih melek dengan teknologi di era digital namun perhatian untuk infrastruktur pendidikan masih belum maksimal di Indonesia timur”, pungkasnya. Tahun lalu, SMP N 1 Lamba Leda mendapatkan bantuan berupa puluhan unit komputer dengan genset dari yayasan Filantropi Semesta. Kepala sekolah serta guru-guru juga mendapatkan pelatihan manajemen laboratprium komputer. “Puji Tuhan, saya dipertemukan dengan orang-orang baik untuk kemajuan pendidikan di Lamba Leda. Saya punya impian anak-anak di Lamba Leda juga bisa mengoperasikan komputer secara nyata bukan hanya melihat dalam teks pelajaran”, tuturnya. Pak Yoakim beserta istrinya yang juga seorang guru memiliki beberapa anak asuh di rumahnya. Anak – anak ini bersekolah pada jenjang SMP dan juga SMK di kecamatan Lamba Leda. Mereka berasal dari desa-desa yang sulit diakses untuk pulang pergi dari sekolah yang jaraknya butuh beberapa jam. Mereka tinggal dirumah pak Yoakim secara gratis. “Anak – anak datang kepada saya untuk meminta tinggal dirumah. Saya bilang kepada mereka kalian boleh tinggal di sini tapi harus terus sekolah”, sahutnya. Pak Yoakim adalah salah satu sosok pejuang pendidikan yang mengajari saya untuk terus berkarya dalam memajukan pendidikan di republik ini.
Keesokan pagi nya, saya pergi ke salah satu sekolah untuk melakukan survei program pengembangan perpustakaan ramah anak dan menyenangkan. Sekolah Dasar Wae Ciu memiliki 178 siswa dan 13 guru. Sekolah ini memiliki 7 rombongan belajar dan 1 kelas jarak jauh. Sekolah ini juga memiliki gedung perpustakaan namun tidak berfungsi seperti perpustakaan melainkan digunakan untuk menyimpan alat-alat olahraga, peraga sains dan “dapur sekolah”.
Konstruksi bangunan cukup bagus namun karena tidak ada nya perawatan secara rutin terjadi kerusakan – kerusakan di dalamnya. Gedung perpustakaan ini dibangun sekitar tahun 2009 oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kab. Manggarai Timur. Pembangunan gedung ini juga dilengkapi dengan rak buku serta buku-buku pelajaran di dalamnya.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan membaca pada anak-anak. Anak mau membaca jika kondisi lingkungan baik di sekolah ataupun di rumah mendukung, Kemudian terdapat banyak buku-buku berkualitas sesuai dengan jenjang kemampuan membaca anak. Taman Bacaan Pelangi bersama-sama dengan semua stakeholder pendidikan menciptakan perpustakaan yang ramah anak dan menyenangkan. Anda bisa membayangkan bagaimana anak – anak mau dan suka membaca jika perpustakaan di sekolah belum ramah anak dan jauh dari kata menyenangkan. Taman Bacaan Pelangi mempunyai tujuan utama untuk mengembangkan minat baca anak – anak di Indonesia timur. Kenapa di Indonesia timur? Pada realitanya daerah-daerah di Indonesia timur belum memiliki akses buku-buku yang berkualitas. Kemudian ditambah lagi dengan infrastruktur pendidikan yang masih belum maksimal.
Pada bulan Januari 2017, sekolah yang terpilih dari hasil survei akan didampingi oleh Taman Bacaan pelangi untuk dikembangkan perpustakaan nya menjadi ramah anak dan menyenangkan. Taman Bacaan Pelangi juga akan memberikan pengembangan kapasitas kepada kepala sekolah, guru dan pustakawan untuk pengelolaaan perpustakaan dan kegiatan membaca. Sekolah ini diharapkan akan menjadi “Role Model” untuk sekolah-sekolah yang lain di kabupaten Manggarai Timur melalui kerja sama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Manggarai Timur.
Kehadiran Taman Bacaan Pelangi di Lamba Leda adalah hasil kolaborasi bersama dengan yayasan Filantropi Semesta. Pada dasarnya kunci untuk menyelesaikan masalah pendidikan adalah kolaborasi. Taman Bacaan Pelangi mengajak semua orang untuk ikut ambil bagian dalam kemajuan pendidikan khususnya untuk gerakan literasi agar semakin banyak pelangi yang bersinar di Indonesia timur. Jabat erat!.
Novia Debi Wicaksono
Lamba Leda, 2 Desember 2016.