Awal November lalu, sama seperti hari-hari sebelumnya, saya mendatangi SD di Kab. Manggarai Barat. Saya hari itu ditugaskan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan membaca anak-anak di SDI Nggorang, Kecamatan Komodo. Ini adalah pertama kalinya saya mengunjungi SD ini, dan segala macam kekhawatiran dan rasa penasaran campur aduk sepanjang perjalanan saya ke salah satu SD yang bermitra dengan Taman Bacaan Pelangi sejak tahun lalu ini.
Seusai bertemu dan berbincang singkat dengan kepala sekolah, saya segera ke perpustakaan untuk menunaikan tugas utama saya hari itu. Di perpustakaan, saya disambut hangat oleh sejumlah guru dan pustakawan. Dan kebetulan, saat itu adalah jam kunjung perpustakaan. Lengkap sudah, saya mendapatkan sambutan hangat dari semua elemen di sekolah yang terletak sekitar 10 km dari Labuan Bajo ini.
Para siswa berhamburan masuk ke ruang perpustakaan dan dengan sangat antusias mereka menuju rak buku dan mengambil buku yang menarik menurut mereka. Entah buku seperti apa yang menurut mereka menarik, yang pasti tidak ada satu pun dari mereka yang tidak mengambil buku.
Beberapa anak perempuan mendekati saya dan membaca buku tepat di samping saya, mengisyaratkan bahwa mereka ingin pamer kemampuan membacanya. Saya pun dengan senang hati menyimak. Saya amati, salah satu dari mereka begitu mengenal buku cerita itu, sepertinya ia sudah beberapa kali membacanya dan bahkan hafal apa yang akan tertulis di halaman berikutnya meskipun pandangannya belum berpindah halaman.
Pikiran saya saat itu langsung melesat ke pengalaman saat masih kecil dulu. Saya dihadiahi sejumlah buku, dan yang menjadi favorit saya adalah satu buku tentang sapi. Saya lupa bagaimana ceritanya dan apa judul buku itu. Namun, saya ingat betul saat itu saya membacanya tiap pagi, siang, dan malam hari selama beberapa minggu. Saya seolah tak pernah bosan membacanya. Ketika ada tamu di rumah, saya pun dengan semangat menunjukkan buku tersebut, sekaligus memerkan kemampuan baca saya tentunya.
Kejadian di SDI Nggorang hari itu membawa saya kembali ke masa kecil. Saya bisa melihat anak itu adalah saya dan buku yang ia baca di samping saya adalah buku tentang sapi hadiah orang tua saya.
Kemudian saya tersadar, bahwa apa yang kita terima di masa kecil memiliki dampak cukup besar saat kita tumbuh dewasa. Ingatan akan hal menyenangkan di masa kecil masih bisa saya gambarkan di pikiran saya bahkan saat saya menginjak usia seperempat abad. Vice versa, hal yang tidak menyenangkan di masa kecil saya bisa gambarkan pula sampai saat ini ๐
Dengan apa yang saya dan teman-teman di Taman Bacaan Pelangi lakukan saat ini, yakni melalui perpustakaan dan segala kegiatan di dalamnya, kami ingin memberikan pengalaman menyenangkan bagi anak-anak, yang kemudian akan tersimpan di memori mereka sampai mereka tumbuh dewasa. Kami akan terus berupaya memperluas dampak ini, untuk dapat melukiskan memori menyenangkan bersama buku bacaan favorit di benak anak-anak, terutama mereka yang berada di Indonesia timur.
Mahrita