Mengatasi masalah pendidikan adalah tanggung jawab kita bersama. Arti kata “kita” adalah semua stakeholder pendidikan yaitu kepala sekolah, guru, siswa, orang tua, masyarakat, dan Dinas Pendidikan. Dahulu kala pendidikan dipandang sebagai tanggung jawab sekolah dan orang-orang diluar sekolah merasa tidak ikut berpartisipasi untuk mendukung peningkatan pendidikan. Sekarang, pendidikan Indonesia sedang berbenah dan membangun sumber daya manusia nya untuk mencapai Sustainable Development Goals pada tahun 2020. Salah satu cara untuk membangun pendidikan adalah melakukan pendekatan pendidikan sebagai gerakan sehingga semua masyarakat ikut terlibat di dalamnya. Taman Bacaan Pelangi adalah salah satu organisasi non-profit yg melakukan pendekatan pelibatan masyarakat dalam aktivitasnya. Pada tahun 2016 – 2019 Taman Bacaan pelangi bekerja sama dengan Room to Read akan mendirikan 48 perpustakaan di Flores, Nusa Tenggara Timur.
Melibatkan masyarakat untuk ikut ambil bagian dalam peningkatan pendidikan bukanlah sebuah hal yang mudah apalagi selama bertahun – tahun masih asing di telinga kita dengan gagasan itu. Sebenarnya seberapa penting pelibatan masyarakat dalam pendidikan? Jawaban nya adalah sangat penting karena setiap stakeholder pendidikan mempunyai peran dan tanggung jawab.
Jikalau setiap dari mereka bisa berkolaborasi bersama maka tujuan untuk meningkatkan pendidikan bukanlah hal yang semu dan absurd lagi. Saya percaya setiap hal baik yang kita lakukan akan diterima dengan baik juga oleh orang lain. Seperti saat saya berkunjung ke Sekolah Dasar Katolik Rekas 1 di Kecamatan Mbeliling, Kab. Manggarai Barat. Kepala sekolah dengan sigap mengundang para orang tua dan masyarakat untuk mengikuti sosialisasi pengembangan perpustakaan dengan pendekatan pelibatan masyarakat. Saya merasakan semangat dan melihat binar mata para orang tua saat saya menjelaskan tentang bagaimana perpustakaan ramah anak dan menyenangkan yang akan bersama – sama kita bangun di SDK Rekas 1. Beberapa pertanyaan diajukan oleh para orang tua dan tokoh masyarakat. Saya lebih banyak berdiskusi daripada memberikan janji – janji manis kepada mereka.
Suasana dalam ruangan waktu itu seperti dipenuhi oleh manusia – manusia yang rindu akan perubahan. Para orang tua dan tokoh masyarakat seperti sudah tahu langkah apa yang harus mereka lakukan untuk ambil bagian dalam pengembangan perpustakaan ini. Kalimat penutup dalam presentasi saya waktu itu adalah “Perpustakaan ini bukanlah milik saya tetapi milik kita bersama”.
Labuan Bajo, Oktober 2016
Ebi