Bersama dengan kakak ojek dari Labuan, saya bergegas menuju lokasi Taman Bacaan Pelangi di Kampung Melo. Lokasi tersebut bisa ditempuh sekitar 30 menit dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan trans flores yang mengular. Kecepatan 60 Km/Jam bisa membuat perjalanan semakin cepat, tapi juga deg-degan.
Matahari siang itu memang menyengat sekali. Begitulah adanya di Flores. Hanya ruangan yang memiliki pendingin lah yang bisa membuat kita sejenak bisa merasakan dingin dan sejuk. Selebihnya hanya panas matahari. Maka, tidak perlu disangsikan efek menghitam yang dirasakan selama berada di sana. Tapi, semuanya tidak masalah. Tetap saja menyenangkan.
Setelah tiba di tempat tujuan, saya masih harus setengah mendaki sekitar satu menit untuk mencapai perpustakaan Taman Bacaan Pelangi. Ketika saya tiba, saya melihat langit yang mulai mendung. Saya menduga akan segera hujan. Akan tetapi, ketika bertemu dengan anak-anak yang sedang beraktivitas di perpustakaan, kekhawatiran saya tentang hujan segera terlupakan. Kami larut dalam perkenalan singkat dan menyanyi bersama.
Saya mengajari anak-anak untuk menyanyikan lagu ‘Potong Bebek Angsa’ dengan mengganti semua huruf vokal menjadi a, e, i, o, dan u. Maka bisa ditebak apa yang terjadi. Dengan penuh tawa dan kegirangan mereka berlomba-lomba untuk bernyanyi. Sangat lucu! Di bagian ini saya tidak berhenti tertawa.
Mumpung belum hujan, kami bermain ‘kucing-tikus’ di halaman perpustakaan. Permainan ini penuh dengan gelak tawa. Saya sampai sakit perut tertawa karena tingkah anak-anak yang begitu lucu dan polos. Mereka penuh dengan energi yang positif.
Tidak terlalu sulit menyatu dengan anak-anak di Kampung Melo. Satu kesan saya yang begitu menempel adalah mereka begitu bersahabat. Semua menyambut saya dengan senyum, walaupun ada yang malau-malu. Jadilah kami seperti teman lama yang bertemu kembali setelah sekian tahun.
Setelah hujan mengguyur, kami melanjutkan aktivitas di dalam rumah panggung yang sekaligus menjadi ruangan perpustakaan. Anak-anak langsung mengambil kegiatan masing-masing. Ada yang membaca, ada yang mewarnai, dan ada juga yang menunggu untuk diberi pekerjaan. Hehehe…
Kelas besar, yaitu kelas 4 – 6 ditugaskan oleh Ibu Siti, pengelola perpustakaan untuk membaca cerita dan mereka diminta untuk menceritakan kembali cerita yang mereka baca. Sedangkan kelas 1 – 3 sibuk dengan mewarnai, membaca cerita pilihan mereka.
Setelah itu, saya mengajak mereka berkumpul untuk berbagi cerita. Saya memulai dengan bercerita tentang keragaman suku bangsa di Indonesia. Anak-anak sepakat bahwa meskipun berbeda-beda wajib untuk saling berbuat baik. Setelah itu, saya bercerita mengenai cita-cita saya sejak kecil. Saya juga menanyakan cita-cita mereka.
Kebanyakan anak-anak bercita-cita menjadi guru, bidan, dokter, pastor, dan suster. Bersama dengan salah seorang model bernama Berto saya memperagakan kegiatan seseorang yang berprofesi sebagai wartawan. Saya dan Berto melakukan sesi tanya – jawab layaknya seorang wartawan yang sedang mewawancarai narasumber. Anak-anak senang dan tertawa.
Tidak terasa waktu sudah habis, ketika ada anak yang meminta ijin untuk pulang. Saya melihat jam tangan saya sudah menunjukkan pukul enam sore. Waktu berlalu begitu cepat. Kegembiraan bersama mereka membuat saya lupa dengan waktu dan hujan yang ternyata sudah reda sejak tadi.
Sungguh hari yang menyenangkan. Saya melewati hari yang begitu baik bersama dengan anak-anak Taman Bacaan Pelangi di Kampung Melo. Mungkin, saya tidak ingin mengganti pengalaman ini dengan yang lain.
Bagi saya, hari itu adalah hari yang baik. Saya bersama dengan anak-anak. Kami bermain, bernyanyi, belajar, dan bergembira bersama.
Sungguh dunia anak-anak begitu menyenangkan!
Kampung Melo, 18 Januari 2015
Monik