Beberapa minggu belakangan ini, sering berliweran di berbagai platform media sosial tentang aktivitas guru dan siswanya yang sedang menerapkan pembelajaran di rumah. Penggunaan berbagai aplikasi tatap muka canggih sangat memfasilitasi. Pemahaman siswa, guru, dan orang tua terkait penggunaan teknologi juga sangat membantu.

Lalu, bagaimana dengan daerah yang tidak bersinyal? Guru yang belum menguasai gadget? Orang tua yang tidak memiliki ataupun belum paham akan penggunaan teknologi? Dengan durasi #belajardirumah yang cukup lama dari biasanya, Haruskah siswa tidak belajar selama itu ketika aspek-aspek pendukung ini tidak terpenuhi?

Tentu ini adalah pertanyaan besar yang juga perlu jawaban. Kita tidak bisa menutup mata dari realita ini?

Tetapi semoga keterbatasan ini, tidak membatasi ikhtiar kita. Tanpa mengabaikan anjuran pemerintah, untuk tetap berada di rumah, physical distancing, dan mengusahakan anak-anak untuk tetap belajar di rumah, itu adalah hal cukup menantang. Jelas, karena ini bukanlah aktivitas normal seperti biasanya. Tetapi apakah kita harus berpangku tangan? Tentu tidak. Semoga ini bisa menjadi motivasi, beberapa kepala sekolah/guru seperti di Flores, Sumba, dan Papua Barat, yang memiliki inisiatif sangat beragam.

Bapak Philip, Kepala SDN 1 Barai, Ende Utara, NTT mendatangi siswa-siswinya di kampung-kampung untuk meminjamkan buku-buku bacaan yang ada di perpustakaan sekolah. Ini menjadi peminjaman tahap kedua, pasca penetapan tanggap darurat untuk wilayah NTT bulan maret lalu.

Ibu Anas, Kepala SDI Ende 10, Ende Tengah, NTT, membuka pelayanan peminjaman buku bagi anak-anak secara bergiliran untuk datang ke sekolah.

Bapak Thohari, Kepala SDN 2 Waisai, Raja ampat, Papua Barat, juga menerapkan peminjaman buku-buku untuk anak-anak siswanya yang berjumlah 600.an lebih.

Di Kec. Loli, Waikabubak, Sumba Barat, Ibu Damaris selaku pustakawati SDI Dassa Elu, mendatangi rumah-rumah siswa untuk meminjamkan buku, sekaligus menemani siswa-siswinya dalam membuat cerita.

Ikhtiar-ikhtiar dari Kepala Sekolah, Guru, juga semua elemen sekolah ini menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan tidaklah menjadi alasan untuk tidak berbuat apa-apa. Baik guru, maupun orang tua, harus sama-sama bergandengan tangan melakukan inisiatif-inisiatif untuk anak-anak tetap menikmati proses belajar walau di rumah. Karena tugas pendidikan adalah tugas bersama. Selamat mencoba Bapak/Ibu Guru dan orang tua di rumah.

Tetap Sehat, Tetap Semangat!

 

Zulyamin Kimo
21 April 2020, Papua Barat.