Taman Bacaan Pelangi kembali menggelar Program Bebas Buta Huruf. Kegiatan yang dikemas dalam “Pelatihan Guru Kelas 1 Menggunakan Buku Kontekstual Papua” ini dilaksanakan di Hotel Flores Mandiri. Kegiatan ini dilaksanakan selama 3 hari, mulai dari 11-13 Juli 2019. Tim Taman Bacaan Pelangi mengundang Netha Valentin Boseren dari Yayasan Kristen Wamena, Papua sebagai pembicara utama.

 

 

Ibu Nona Muhammad salah satu peserta pelatihan sedang memaparkan hasil diskusi kelompoknya.

 

Pelatihan yang sangat atraktif kali ini dihadiri oleh guru, kepala sekolah dan perwakilan pengawas sekolah di Kota Ende. Kegiatan diikuti oleh 10 sekolah yakni SDI Ende 13, SDK Puubetho, SDK Kombandaru, SDI Ndona 3, SDI Ndona 4, SDI Bhoanawa 2, SDK Roworeke 2, SDI Tetandara, SDK Detumbawa dan SDI Wolowona 2.

 

Ibu Monika Harahap dari Taman Bacaan Pelangi sedang menjelaskan materi kepada para peserta Pelatihan Bebas Buta Huruf.

 

Kegiatan serupa pernah dilaksanakan di Kabupaten Manggarai Barat pada 2017. Belajar dari pengalaman sebelumnya, kegiatan kali ini lebih diutamakan untuk guru kelas 1 saja. Harapannya para guru ini mampu menerapkan dalam kegiatan belajar mengajar di semester ini. Kegiatan kali ini juga akan didampingi oleh tim evaluator, Zulyamin Kimo dan Krisna Widitya Putri. Keduanya akan mendampingi 10 sekolah tersebut selama 2 bulan ke depan.

 

Para peserta Pelatihan Bebas Buta Huruf tengah berlatih membaca huruf dengan gerakan

 

Project Manajer Taman Bacaan Pelangi, Monika Harahap dalam sambutannya mengatakan bahwa kunci keberhasilan dalam program ini ada pada guru. Para guru harus kreatif untuk mengembangkan materi pelajaran dalam Buku Kontekstual Papua ini dengan kondisi yang ada di Kota Ende. Kepala sekolah juga harus mendukung para guru untuk menerapkan metode yang ada dalam buku ini. Tentunya semua akan terlaksana dengan baik jika ada pengawasan langsung dari pengawas sekolah di Kota Ende.

 

 

Salah satu peserta pelatihan dari SDK Kombandaru, Anastasia Mbu, sangat senang dengan kegiatan pelatihan ini. Hal ini karena banyak hal baru yang ia dapatkan. Mulai dari bunyi huruf hingga cara membaca huruf yang tepat. Guru kelas 1 yang begitu sabar itu berharap ke depan perlu diadakan lagi pelatihan serupa. “Semoga ke depan Taman Bacaan Pelangi bisa mengadakan lagi pelatihan ini untuk mata pelajaran lainnya tidak hanya Bahasa Indonesia,” pungkasnya. Tri Sujarwo