Perpustakaan ramah anak merupakan perpustakaan yang dapat digunakan oleh semua anak yang ada di sekolah, tanpa membedakan kemampuan membaca maupun kelas mereka. Salah satu hal yang paling ditekankan kepada para guru, kepala sekolah, dan pustakawan adalah pentingnya memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk meminjam buku.

Sayangnya, sampai saat ini, masih banyak pihak yang menganggap tidak perlu meminjamkan buku ke siswa yang belum lancar membaca dengan alasan “nanti anak ini tidak baca, hanya lihat-lihat gambar saja”, “nanti bukunya rusak”, “nanti bukunya hilang karena mereka tidak bisa jaga buku saat di luar sekolah”, dan alasan-alasan lain yang berdasarkan pada kekhawatiran.

Namun, ada juga beberapa pihak yang mengesampingkan segala ketakutan ini dan tetap optimis untuk mendorong siswa yang belum lancar membaca untuk meminjam buku di perpustakaan. Faktanya, sekolah-sekolah dampingan Taman Bacaan Pelangi yang meminjamkan buku untuk semua siswa tidak mengalami kehilangan buku dalam jumlah signifikan.

 

Siswa Kelas 1 SDI Puupau, Ende Meminjam Buku di Perpustakaan

Rasanya tidak adil jika para siswa di sekolah tidak mendapatkan haknya untuk meminjam buku di perpustakaan hanya karena dia belum lancar membaca. Apakah membawa buku ke rumah dapat menurunkan kemampuan membaca anak? Apakah jika anak lupa di mana meletakkan buku yang dipinjam, itu adalah kesalahan anak?

Menurut pendapat saya, ini semua ada di kendali orang dewasa yang berada di sekitar siswa tersebut. Apa yang kemudian bisa dilakukan orang dewasa untuk membantu anak lancar membaca, meminjam buku sesuai aturan, dan menjaga buku?

Salah satu yang bisa dilakukan untuk membantu anak menikmati buku adalah dengan membacakan buku dengan menarik.

Ibu Tesa Membacakan Buku untuk Siswa Kelas 1

Selama kunjungan pendampingan ke sekolah, tim Taman Bacaan Pelangi menyaksikan anak-anak berlarian menuju rak buku untuk berebut membaca buku yang baru saja dibacakan. Yang belum lancar membaca pun tak ragu-ragu untuk mengambil buku dan mulai “membaca”, walaupun apa yang terucap di mulut sering tidak sama dengan yang tertulis di buku. Jika hal ini terjadi, apakah anak yang belum lancar membaca tidak dapat menikmati buku? 🙂

Kekhawatiran lain yang muncul adalah hilangnya buku karena anak tidak hati-hati menjaga buku. Saat ke sekolah, anak-anak tidak hanya membawa badan mereka, namun juga beberapa barang untuk keperluan sekolah. Kalau anak-anak bisa membawa barang-barang itu dengan baik, kenapa harus dilarang membawa buku perpustakaan ke rumah? Faktanya, di sekolah dampingan, buku yang hilang jumlahnya dapat dihitung dengan jari setelah 1 tahun perpustakaan berjalan.

Di atas segala kekhawatiran itu, ada suatu awareness yang harus dikembangkan, yaitu kebiasaan membaca. Taman Bacaan Pelangi selalu menyarankan untuk mementingkan upaya mengembangkan kebiasaan membaca daripada memelihara ketakutan yang sebenarnya belum tentu terbukti.

Siswa SDN Puutara Memamerkan Buku yang Akan Dipinjam

 

Siswa SDN Puutara Mengikuti Prosedur Peminjaman: Menulis di Kertas Peminjaman