Gea dan Dea begitu kedua adik perempuan ini disapa. Mereka baru saja duduk di bangku kelas I SDN Sering, Kab. Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Saat berkenalan dengan mereka, saya tidak menyangka mereka bisa bercerita dengan lancar tentang kegemaran mereka mengunjungi perpustakaan dan membaca buku kesukaan.

Mereka sudah mulai sering bersama-sama sejak masuk di kelas I, bahkan mereka pun duduk satu meja. Walaupun begitu, kedua sahabat ini memiiki kepribadian yang berbeda. Gea lebih pendiam dan pemalu dibandingkan Dea yang senang dan lancar bercerita ketika ditanyai.

Panas yang menyengat di siang itu tidak menyurutkan semangat mereka berdua untuk bercerita. Saat ditanya tentang buku kesukaan, mereka kompak menjawab kalau mereka sama-sama suka buku “Keong Mas yang Baik Hati”.

Gea dan Dea mengunjungi perpustakaan hampir setiap hari. Selain di jam kunjung yang sudah disusun untuk kelas I, mereka selalu menyempatkan ke perpustakaan saat jam istirahat.

“Setelah makan di kantin, kami ke perpustakaan.” Tutur Dea. Kita memang perlu tenaga dan perut yang terisi sebelum membaca. Ternyata kedua adik ini punya pendapat yang sama dengan saya.

Gea dan Dea juga bercerita kalau mereka senang berkunjung ke perpustakaan karena tempatnya bagus dan buku-bukunya juga bagus. Di akhir tahun 2016 Taman Bacaan Pelangi memilih SDN Sering ini menjadi salah satu sekolah yang akan dibantu untuk mendirikan perpustakaan ramah anak.

Beberapa hal yang turut dilakukan untuk menyukseskan program itu adalah dengan merenovasi ruangan perpustakaan menjadi lebih menarik dan menambah koleksi buku cerita anak sampai 1500 eksemplar.

Sebelumnya, perpustakaan SDN Sering tidak memiliki banyak koleksi buku cerita anak. Sama seperti perpustakaan yang pernah kami jumpai di Indonesia Timur, perpustakaan dijadikan sebagai tempat menyimpan buku-buku lama dan tua yang jarang dijamah oleh anak-anak.

Kegemaran Gea dan Dea untuk membaca di perpustakaan bukan isapan jempol semata. Saya juga menyaksikan mereka datang ke perpus dan memilih buku untuk dibaca bersama-sama dengan begitu nyamannya. Tidak takut dan tidak sungkan untuk masuk ke perpustakaan sendiri.

Menurut ceriita Dea, jumlah buku yang dia baca sudah sampai 30 buku, banyaknya buku itu karena Dea sudah membaca sejak PAUD. Dea juga bercerita kalau di rumah dia suka membaca sambil ditemani oleh ibunya. Berbeda lagi dengan sahabatnya Gea. Kalau Gea sedang di rumah, dia senang mengajari adiknya yang berumur 6 tahun untuk membaca.

Kerja sama antara sekolah dan Taman Bacaan Pelangi berhasil menumbuhkan kegemaran anak-anak akan buku cerita dan membaca. Terbukti dengan meningkatkan jumah peminjam maupun pengunjung dari tahun 2016 sampai di tahun 2017 kemarin.

Jumlah peminjam di tahun 2017 mengalami peningkatan drastis pada bulan Maret , yaitu terdapat 321 peminjaman dan pada bulan November terdapat 323 kali peminjaman. Ibu Genda, pustakawati perpustakaan SDN Sering juga mengaku kalau anak-anak di sekolah masih senang meminjam.

Setelah mendengarkan cerita Gea dan Dea ini, saya semakin yakin kalau anak-anak di sekolah menyukai buku-buku yang ceritanya bagus dan gambarnya menarik. Semoga kedepannya, buku-buku yang disediakan di perpustakaan sekolah adalah buku yang memang disukai oleh anak-anak.

Saat kita berharap anak didik kita supaya senang membaca, kita bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan mereka akan buku-buku ceita yang bagus dan menarik, yang membangkitkan daya pikir dan imajinasi. Setuju, kan?

Ketika ditanya sampai kapan mereka akan membaca di sekolah, mereka kompak menjawab “Sampai kelas VI” Sambil tersenyum. Ahh.. Sungguh perbincangan yang menyejukkan hati. Terima kasih, Dea dan Gea! Selamat membaca ya!

 

Ditulis di Lombok,    November 2018

Monik