Berapi-api! Itu kesan pertama & keseluruhan yang saya rasakan untuk SDI Kekawii dari kecamatan Ende. Terletak di Ndetundora 1 desa di dataran tinggi Nuabosi yang terkenal dengan singkong empuk mereka, cukup tinggi untuk memjadikannya tempat berhawa dingin sepanjang tahun. Walau begitu sekolah ini memberikan efek yang membara. Saya pikir ini berhubungan dengan kepala sekolah mereka yang sangat bersemangat, Ibu Ursula Rifai. Beliau mengelola sekolah bersiswa 113 anak & 10 orang guru dengan otoritas dan semangat yang sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah disalahartikan sebagai kepasla sekolah yang galak. Sepanjang proses perkenalan hingga pengembangan program perpustakaan ramah anak bersama sekolah ini saya telah belajar bahwa Ibu Ur, begitu panggilannya adalah wanita aktif, peduli & berdedikasi tinggi yang energinya dihabiskan untuk kemajuan sekolah. Beliau mampu mentransfer energi dan kegembiraan ke tim guru, orang tua & komunitas lokal mereka sehingga kami tidak bisa tidak mengikutkan SDI Kekawii  sebagai 1 di antara 20 sekolah dasar lainnya di Kabupaten Ende yang kemudian bermitra dengan TBPelangi untuk program perpustakaan siklus 3.

Ibu Ur saat mengajak kami berkunjung ke ruang perpustakaan yang saat itu belum sepenuhnya berfungsi dengan ramah anak.

Sendiri saya bermotoran mengunjungi sekolah dasar ini untuk penilaian pertama pada bulan September 2017, tepat setahun dari hari pembukaan perpustakaan mereka. Sekarang kembali pada 8 September 2018, 11:30 pagi, saya tiba kembali di sekolah. Tidak lagi bersolo karier karena saya telah membawa pendiri Taman Bacaan Pelangi, Nila Tanzil. Bergabung dengannya dari Jakarta adalah ibu dan anak Nila Tanzil, Yuri Tanzil dan Sienna. Turut hadir supervisor kami Eva Muchtar dan manajer proyek kami Armand W. Kali ini, kami datang untuk merayakan hari peresmian perpustakaan SDI Kekawii. Dan bukan hanya kami, juga hadir adalah Bapak Hilarius Raja, Ibu Siska Sare & Bapak Yeremies mewakili Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Ende. Melalui barisan anak-anak yang mengenakan pakaian tradisional Ende, kami semua diarak  berjalan di jalan berbatu menuju gerbang. Di sana, kami disambut oleh Mosalaki desa Ndetundora 1 dan diiring tarian Wanda Pau menuju sebuah area berkanopi di mana para orang tua murid telah menunggu kami untuk merayakan bersama.

Jelas terlihat bahwa semua orang sudah siap untuk berpesta, sehingga mereka yang bertugas menyampaikan pidato mengemas sambutan mereka dengan singkat & menyenangkan. Ibu Ursula bahkan menyelipkan pesan dalam sambutannya agar tim TBPelangi tetap tinggal dan menari bersama di pesta penutup. Tapi sebelum kita sampai ke sana, kita ke pemotongan pita perpustkaan terlebih dahulu. Kami harus berkeliling sekolah untuk pergi ke perpustakaan berwarna biru & merah muda di mana Ibu Erlin, sang pustakawati telah menunggu dengan gunting di atas baki. Guntik diserahkan kepada Nila Tanzil, Ibu Ursula & Bapak Hilarius serta tiga orang perwakilan Dinas Perpustakaan & Kepustakaan Daerah Ende. Bersama-sama mereka menggunting pita dan Voila! Perpustakaan ke-94 akhirnya resmi! Sudah waktunya bagi orang tua & anak-anak untuk menjelajahi perpustakaan. Bergantian dengan para tamu undangan anak-anak dan orang tua mereka menikmati buku-buku di perpustakan. Tidak lupa foto bersama dengan tim Taman Bacaan Pelangi.

Persiapan untuk mengembangkan perpustakaan dilakukan bersama-sama, maka potong pita peresmian perpustakaan ke-94 ini pun dilakukan bersama-sama pula.

Sementara anak-anak melahap buku demi buku cerita, orang dewasa kembali ke area perayaan di halaman atas sekolah untuk  dan melahap makanan disertai hiburan yang dilakukan oleh para siswa. Kemudian setiap anak & orang dewasa diajak bergandengan tangan membentuk lingkaran menari Gawi hingga Goyang 2 Jari  serta tarian lainnya. Para Orangtua sangat senang, begitu pula para pengajar dan tentu saja Ibu Ursula. Perayaan yang meriah dan penuh semangat. Saya ingat sangat berkeringat dan banyak tersenyum sore itu. Pada saat kami mohon diri sekitar pukul 15.00, Ibu Ur memeluk kami erat dan dengan riang berbisik, “Goyang lagi sekali & senang-senang lagi-e.” Tetap semangat ,Ibu Ur! Saya harap energi berapi-api Ibu mendorong SDI Kekawii untuk mewujudkan perpustakaan ramah anak yang hangat bagi anak-anak untuk datang membaca.

“Kakak jangan foto-foto terus, ikut goyang sudah sama kami.”
Mari menari! Menari Gawi ataupun menari Goyang 2 Jari selama semua berpartisipasi. 🙂