Sampailah kita di penghujung tahun 2017. Sekian bulan telah berlalu sejak Taman Bacaan Pelangi meluaskan jangakauan ke Ende & sejauh ini kami telah berhasil menggandeng 18 Sekolah Dasar untuk bersama-sama mewujudkan perpustakaan ramah anak di timur daratan Flores . Tahun depan, kami akan bekerjasama dengan 18 Sekolah Dasar lainnya untuk mencapai gol Taman Bacaan Pelangi mengadakan 48 Perpustakaan Ramah Anak di Flores. Paduan rasa semangat & khawatir menjadi teman dalam mencari, mendata & menentukan sekolah mana saja mereka.

Jalan menuju ke 18 Sekolah Dasar berikutnya masih panjang & menantang.

Seleksi sekolah itu proses berlapis yang kompleks dimana kami sebagai kordinator lapangan perlu melakukan kunjungan-kunjungan ke sekolah-sekolah yang datanya kami dapatkan dengan bantuan dari Dinas Pendidikan & Kebudayaan setempat untuk menilai layaknya sekolah tersebut mengikuti program. Proses ini membutuhkan pengumpulan data mendetil tidak hanya terhadap komponen yang dapat diukur tapi juga pada komponen tak terukur, yaitu energi positif dari warga sekolah. Komponen inilah tolak ukur utama yang ingin kami rasakan saat melaksanakan seleksi sekolah. Sering kali kami tidak menemukannya saat kunjungan ke sekolah, padahal semua kriteria fisik telah terpenuhi. Inilah kompleksitasnya.

Antusiasme. Salah satu faktor penting yang ingin kami dapatkan saat sosialisasi program ke sekolah .

Walaupun sedikit rumit, proses seleksi sekolah merupakan tahap awal yang seru untuk dilakoni. Tidak habis-habisnya cerita lahir dari fase ini. Mulai dari cerita kocak hingga momen emosional yang wajib diceritakan kembali ke anak-cucu di kemudian hari. Seorang kawan kordinator terdahulu pernah disalahsangkahi sebagai pedagang Batik keliling saat pertama kali berkunjung ke satu sekolah di Manggarai dikarenakan penampilan super formal serta aksen Jawa kental yang dimilikinya. Seorang kawan lain sering kali harus berjuang menahan air mata saat berkunjung & melihat dedikasi para guru di sekolah terhadap kemajuan anak didik mereka. Sering pula kami disuguhkan cerita rakyat setempat & sambutan hangat ditemani secangkir kopi Flores yang tak kalah hangat di sela-sela sosialisasi proyek kami. Semua pengalaman ini mengarahkan kami pada faktor penilaian utama yaitu energi. Karena energi tidak berbohong maka tugas kami di lapangan inilah untuk menajamkan indera agar dapat menangkap energi positif saat kunjungan ke sekolah, seunik apapun cerita kunjungan pertama kami di sekolah-sekolah tersebut .

Si “Pedagang Batik” yang selalu beraksi 103 % untuk presentasi program & soal penampilan tentunya. 😀

Dalam memilah sekolah sebagai sekolah berpotensi, kami bergantung pada energi positif yang kompak datangnya dari warga sekolah . Gelombang hangat ini akan terpancar dari kepala sekolah, dari para guru, dan pastinya dari para siswa. Semakin banyak sekolah kami kunjungi, semakin kami lihai mengamati dinamika interaksi antar warga sekolah. Indikator positif yang paling mudah diamati adalah seberapa ceria & antusiasnya anak-anak saat bertemu wajah-wajah asing, dalam hal ini, wajah kami. Serta seberapa tenang juga ramah para guru dalam mengendalikan luapan kesenangan anak-anak didik mereka ini. Saat mendapati hal  tersebut, kami akan menempatkannya di atas kriteria lainnya.

Keriaan anak dipadu kesabaran orang dewasa dalam menghadapinya merupakan indikator baik dalam proses seleksi sekolah.

Sekian kisah kami tentang proses seleksi sekolah. Mohon doa semangat agar kami pun tetap positif jiwa & raga dalam mengumpulkan 18 sekolah berikutnya di Ende untuk bersama-sama mewujudkan 18 Perpustakaan Ramah Anak berikutnya. Salam angkat kopi pahit & hangat dari Flores.

“Bagi – bagi salam senang yuk!” Dari kami di Ende untuk semua anak di Flores! <3

J.J.