Setelah bertemu dengan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong dan kepala sekolah SD di Hotel Handayani di Aimas, keesokan harinya saya langsung memulai kunjungan saya ke beberapa SD yang direkomendasikan oleh bapak kadis maupun kepala sekolah yang bersangkutan.

SD Inpres 1 yang berada di Aimas sudah saya datangi bahkan sebelum direkomendasikan oleh bapak kadis. Nanti perlu cerita sendiri untuk membahas sekolah ‘ungu’ ini. Heheh…

SD INP 1 Kab. Sorong

Selama kurang lebih dua minggu waktu yang saya miliki sebelum libur semester untuk mendatangi hampir 16 sekolah dasar di Kapubaten Sorong. Mulai dari sekolah dasar di daerah Aimas, Tugu Merah, Klamono, SP 2, bahkan sampai ke ujung kabupaten yaitu di Makbon.

Mengingat daerah Kabupaten Sorong masih tergolong baru bagi saya, saya tidak membayangkan apapun maupun berekspektasi apapun tentang sekolah yang akaan saya datangi. Saya membiarkan kejutan-kejutan itu datang dengan sendirinya. Heheh….

Kebanyakan sekolah yang saya kunjungi memang memiliki gedung perpustakaan. Akan tetapi, tidak semua sekolah memanfaatkan perpustakaan sebagaimana mestinya. Ada beberapa sekolah yang menjadikan gedung perpustakaan menjadi gudang untuk menyimpan barang-barang bekas pakai atau yang masih diapakai. Ada juga yang menjadikannya sebagai ruangan kelas tambahan, ruangan olahraga, maupun jadi ruangan UKS (Unit Kesehatan Siswa).

Keadaan Peprustakaan

Terus, bagaimana dengan buku-bukunya?
Nah, kebanyakan buku yang saya temukan di dalam perpustakaan mereka adalah buku-buku yang saya kategorikan sebagai buku yang tidak ramah anak. Bagaimana bisa? Iya. Saya menemukan buku yang sudah lapuk, dan selain itu tema-tema buku yang tersedia kebanyakan adalah untuk orang-orang dewasa. Misalnya buku tentang cara beternak ayam, cara merawat ikan koi, dan masih banyak lainnya.

Apakah anak-anak akan senang membaca buku seperti itu?
Tentu tidak. Alhasil, buku-buku pun menjadi sarang rayap dan rak buku lama-kelamaan lapuk juga dimakan oleh rayap dan serangga lain.

Saya menceritakan keadaan yang saya temukan di lapangan yang mudah-mudahan bisa memberikan referensi mengenai keadaan pendidikan maupun sekolah yang ada di pelosok negeri, seperti di Papua ini.

Melalui tulisan ini saya juga ingin berbagi mengenai pengalaman saya ketika bertemu dengan guru-guru dan kepala sekolah yang berdedikasi untuk kemajuan mutu pendidikan di sekolah mereka. Jadi, selama mengunjungi sekolah, mengobrol dengan kepala sekolah dan guru-guru, saya tidak bisa menutup mata bahwa saya sedang berbicara dengan orang-orang berdedikasi di bidangnya.

Pak Pangala, Guru berdedikasi dari SD INP 26 Klamono

Saya menemukan kepala-kepala sekolah yang punya visi dan misi yang sangat baik untuk kemajuan mutu pendidikan di sekolah mereka. Misalnya, Pak Simon di SD INP 26 Klamono yang begitu gigih untuk membuat sekolah menjadi ramah dan menyenangkan bagi anak-anak. Misi beliau juga didukung oleh guru-guru yang senang mengajar di sekolah dan disukai oleh anak-anak.

SD INP 3 Makbon

Ada juga Pak Suyono di SD INP 3 Makbon yang punya semangat setiap hari memberikan kontribusi untuk kemajuan sekolah. Untuk membantu anak-anak di sekolah menghadapi zaman yang semakin berkembang, beliau mempekerjakan seorang guru Bahasa Inggris untuk membantu anak-anak mengasah kemampuan Bahasa mereka.

Sudah beberapa kali juga Pak Suyono masuk menjadi nominasi guru berdedikasi dan diundang ke Istana Negara di Jakarta untuk bertemu Presiden RI.

Senyumm!! 🙂

Sekolah yang berhasil pasti memiliki kepala sekolah dan guru yang berdedikasi. Kedua kepala sekolah yang saya ceritakan di atas baru sebagian kecil dari sekian banyak orang-orang berdedikasi yang saya temukan ketika melakukan seleksi sekolah.

Menemukan mereka di tengah-tengah situasi pendidikan yang masih banyak utang ini memberikan saya harapan bahwa pendidikan di pelosok negeri ini bisa maju dan lebih baik.

Akan semakin banyak anak-anak Papua yang bisa merasakan mutu pendidikan melalui pendidik-pendidik berdedikasi ini.

Adik-adik di SD INP 24 Klamono

Bagaimana dengan anak-anak di sana?

Haha… tidak perlu tanya. Dalam segala kondisi yang ada di sekolah mereka tetap menjadi anak-anak yang cemerlang. Mereka semua senang berada di sekolah. Tertawa bersama teman-teman sebaya. Sungguh tidak ada yang menandingi masa kanak-kanak yang menyenangkan.

Mudah-mudahan dengan perpustakaan ramah anak yang segera akan bisa mereka cicipi, mereka bisa tumbuh dengan bekal yang banyak dan mencintai buku.

 

Ditulis di Sentani, 29.8.2017
Monik