Papan nama sekolah SDI Beci saat survey awal

Pertama kali mengunjungi Sekolah Dasar Inpres Beci yaitu dalam tahap seleksi sekolah untuk kerjasama program pengembangan perpustakaan ramah anak. Waktu itu aku dan tim TBP berangkat pagi-pagi sekali dari kota Labuan Bajo. Masing-masing kami mengendarai motor sendiri-sendiri. Riri ke arah kecamatan Mbeliling, Ebi ke arah kecamatan Lembor Selatan, sedangkan aku sendiri menuju arah kecamatan Lembor. Perjalanan kami sampai ke sekolah tujuan masing-masing berkisar 1,5 jam hingga 2,5 jam.

Adik-adik SDI Beci gotong royong membantu mengangkat buku-buku yang telah tiba

Jarak kota Labuan Bajo menuju SDI Beci +/- 80km, dengan memakan waktu 2,5 jam. SDI Beci sendiri berada tepat di sebelah jalan trans flores, hanya saja sekolah ini tak begitu nampak bila kita melewati trans flores, karena untuk menuju sekolah ini, diharuskan untuk berjalan kaki menurun dengan sudut kemiringan jalan sekitar 50 derajat. Jalanannya cukup licin, dan sangat berbahaya ketika musim hujan, aku sendiri beberapa kali hampir terpeleset ketika turun ke sekolah, padahal sudah menggunakan sandal gunung, tapi hebatnya beberapa guru disini bisa naik turun jalan tersebut dengan menggunakan wedges dan/atau sepatu berhak 3cm. Wow!! Selain sepatu/sandal wedges, beberapa ibu guru muda di Beci juga mempunyai anak bayi, dan menggendong bayi naik turun jalan tersebut. Superb!

Sesampai di sekolah, aku disambut dengan baik oleh Bapak Kepala Sekolah, Saverinus Akuila Ratu, dan beberapa guru. Setelah menyampaikan maksud kedatanganku, dengan semangat bapak Kepsek mengajakku untuk melihat ruangan perpustakaan milik sekolah tersebut, dan menyampaikan bahwa perpustakaan sekolah tersebut juga merupakan perpustakaan desa, yang berarti terbuka untuk umum.

Rak-rak buku, meja-meja baca, bangku-bangku, dan koleksi buku disana sangat banyak, hanya saja koleksi buku yang ada lebih banyak koleksi buku mata pelajaran dan beberapa buku cerita yang konten bukunya kurang sesuai dengan kemampuan baca dan tingkat pemahaman murid SD.

Perpustakaan SDI Beci sebelum kerjasama dengan TBPelangi

 

Perpustakaan SDI Beci setelah kerjasama dengan TBPelangi

Setelah beberapa kali mengunjungi SDI Beci dengan beberapa agenda seperti pertemuan dengan lapisan masyarakat (termasuk orang tua murid, komite sekolah, dan beberapa pengurus desa) untuk pengenalan program kerjasama pengembangan perpustakaan ramah anak tersebut, renovasi, distribusi buku dan mebel, tibalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh kami tim TBP dan warga sekolah, yaitu peresmian perpustakaan SDI Beci.

Ketika menyampaikan program kepada orang tua murid dan perangkat desa

Peresmian perpustakaan SDI Beci sudah dilaksanakan pada 27 februari 2017. Semua orang merasa gembira dengan penampakan baru perpustakaan TB Pelangi di SDI Beci tersebut. Hal ini terlaksana dengan lancar karena kekompakan guru-guru di SDI Beci dalam membangun kerjasama yang baik. Tidak hanya dari kekompakan guru-guru saja, kepala sekolah SDI Beci ini juga sangat perhatian terhadap literasi. Untuk menumbuhkan minat baca anak-anak dan masyarakat sekitar di sekolahnya, beliau sering mengunjungi rumah-rumah siswanya di waktu sore hari sekedar untuk mempererat silaturahim dengan orang tua murid sekaligus mempromosikan perpustakaan sekolah yang sudah memiliki seribu lebih buku bacaan yang menarik.

Hari pertama ketika perpustakaan diresmikan, tampak semua anak ingin membaca buku

Beliau berencana akan membolehkan masyarakat sekitar sekolah untuk meminjam buku di perpustakaan sekolah, hanya saja untuk merealisasikan rencana tersebut sistem peminjaman buku di sekolah untuk murid-murid SDI Beci sendiri harus kuat, sehingga tidak kewalahan ketika melakukan pelayanan peminjaman kepada masyarakat yang datang untuk meminjam buku.

Tampak serius membaca

Sembari menunggu waktu sampai sistem peminjaman buku kepada warga sekolah menjadi kuat, beliau berdiskusi dengan beberapa ibu-ibu di Desa Golo Lajar, dan menceritakan kisah seorang anak yang belum bisa membaca tapi sangat menyukai buku, dan ketika buku tersebut dibacakan berulang-ulang kali, anak tersebut menjadi hafal isi bukunya. Berdasarkan cerita itu, beberapa ibu-ibu menjadi semangat untuk membacakan buku kepada anak-anak mereka yang belum sekolah atau yang belum bisa membaca, dan terbentuklah kelompok-kelompok kecil literasi di Desa Golo Lajar.

Inilah bapak pejuang literasi dari Beci, bapak Saverinus Akuila Ratu.

Dengan semangat dan senyum yang terus merekah, bapak Saverinus menceritakan kisah membanggakan tersebut kepadaku saat aku menginap di rumah beliau selama 2 malam untuk mendampingi orientasi Jam Kunjung perpustakaan kepada guru-guru SDI Beci.

Masih banyak cerita penuh inspirasi dan membanggakan lainnya dari tanah flores ini.

Untuk itulah, kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja sama untuk membantu memberikan akses buku-buku yang berkualitas kepada adik-adik kita di Flores.

Terima kasih Pak Saverinus, terima kasih semuanya. ๐Ÿ™‚

 

Ende,

Dewi Analis