Senang rasanya sudah berada di Labuan Bajo dan segera mewujudkan impian untuk membantu memajukan pendidikan di tanah timur Indonesia. Sebelum terjun ke lapangan, tentu kami sudah dibekali persiapan yang dibutuhkan dalam melaksanakan kegiatan pengembangan perpustakaan di tanah Flores. Pada proyek kali ini, kami akan stay di Flores selama 3 (tiga) tahun ke depan untuk mengembangkan 48 Perpustakaan di Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Sangking semangatnya, di hari pertama kami di Labuhan Bajo, kami langsung berdiskusi beberapa hal dengan Monik, Project Coordinator yang telah mengembangkan 8 (delapan) perpustakaan di Manggarai Barat pada fase pertama. Sedangkan kami adalah tim Project Coordinator pada fase kedua, yaitu saya Dewi Analis, Novia Debi Wicaksono, dan Mahrita D Haryati.

Hari pertama di Labuan Bajo, Berdiskusi dengan Monik di warung makan Makassar
Hari pertama di Labuan Bajo, Berdiskusi dengan Monik di warung makan Makassar

Hari kedua kami memperkenalkan tim baru dari Taman Bacaan Pelangi (TBP) dan koordinasi dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dinas PPO), kabupaten Manggarai Barat. Penerimaan dari Kepala Dinas, Sekretaris Dinas, dan salah satu staf dari Bidang TK-SD sangat baik. Kami bahkan disuguhkan kopi asli manggarai yang rasanya menurut saya sangat pas, enak dan nyaman di lambung (mirip iklan, hahaa).

Setelah berdiskusi dengan Dinas PPO, Bapak Anton Jeta, salah seorang staf dari Bidang TK-SD memberikan list data sekolah se-manggarai barat yang memiliki ruangan perpustakaan. Berangkat dari data yang kami terima, kami pun mulai menyusun timeline untuk mengunjungi beberapa sekolah yang akan kami petakan sesuai dengan beberapa ketentuan yang telah ditentukan. Ketentuan yang dapat masuk dalam kategori “sekolah potensial” untuk kami ajak kerjasama diantaranya adalah komitmen kepala sekolah untuk kerja sama pengembangan perpustakaan, sekolah memiliki ruang perpustakaan atau ruang kosong yang dapat digunakan untuk perpustakaan, jumlah minimal siswa, dan beberapa ketentuan lainnya.

Data yang diberikan Dinas PPO memang terkait sekolah yang memiliki gedung perpustakaan yang pernah dibangun oleh Dinas PPO tertanggal 19 Agustus 2014. Data tersebut hanya memuat nama kecamatan per sekolah, nama kepala sekolah, bangunan fisik gedung dan tahun pendiriannya. Sehingga kami mendapat sedikit kendala dalam memetakan sekolah yang akan kami survey, yaitu tidak ada alamat yang jelas dan lengkap dari setiap sekolah.

Data Awal dari Dinas PPO Manggarai Barat
Data Awal dari Dinas PPO Manggarai Barat

Kami melakukan survey sekolah di hari ke-3 kami di Labuan Bajo. Sekolah yang pertama kali kami kunjungi adalah Sekolah Dasar (SD) yang berada di kecamatan Komodo. Kemudian dilanjutkan dengan survey pada kecamatan lainnya seperti kecamatan Mbeliling, kecamatan Sano Nggoang, kecamatan Lembor dan kecamatan Lembor Selatan. Perjalanan yang kami lakukan hanya bermodalkan Peta Manggarai Barat yang kami pinjam dari SDN Labuan Bajo 2.

Peta Pinjaman dari SDN Labuan Bajo 2
Peta Pinjaman dari SDN Labuan Bajo 2

Setelah beberapa kali berdiskusi dengan internal tim dan membuat alur sekolah yang akan kami kunjungi, kami beritahukan data sekolah tersebut kepada Bapak Anton Jeta, dan meminta tolong untuk diberikan gambaran dari sekolah yang terdekat sampai sekolah yang paling jauh sesuai dengan kecamatan masing-masing.

Tim sedang menyusun rute sekolah yang akan di kunjungi
Tim sedang menyusun rute sekolah yang akan di kunjungi

Kegiatan survey sekolah bagi saya pribadi adalah salah satu hal yang menyenangkan dan menantang, karena kita tak tahu seberapa jauh jarak sekolah tersebut, bagaimana akses jalannya, apakah berbatu, berlubang, harus melewati kali/sungai, seberapa terjalnya tanjakan atau turunannya? Selain itu juga saya selalu bersemangat untuk mendengarkan cerita tentang banyak hal dari masing-masing sekolah yang kami kunjungi.

Salah satu akses jalan berbatu menuju sekolah, Kecamatan Mbeliling
Salah satu akses jalan berbatu menuju sekolah, Kecamatan Mbeliling
Salah satu akses jalan kecil tertutup batang pohon menuju sekolah, Kecamatan Mbeliling
Salah satu akses jalan kecil tertutup batang pohon menuju sekolah, Kecamatan Mbeliling
Salah satu akses jalan yang harus menyebrangi sungai-sungai kecil berbatu, Kecamatan Lembor Selatan
Salah satu akses jalan yang harus menyebrangi sungai-sungai kecil berbatu, Kecamatan Lembor Selatan

Pengalaman dan kenangan ketika survey, kami disuguhan pemandangan alamnya yang luar biasa, begitupun dengan cerita-cerita dari para guru maupun kepala sekolah. Sebagian besar mereka sangat terbuka untuk membicarakan mengenai kondisi sekolah baik fisik sekolah, kegiatan sekolah, maupun kurikulum yang berlaku, terkadang dengan suasana santai kami diceritakan tentang kebiasaan-kebiasaan masyarakat sekitar, termasuk pada kondisi ekonomi, politik, dan budaya.

salah satu suguhan panorama alam yang indah di Kecamatan Lembor
salah satu suguhan panorama alam yang indah di Kecamatan Lembor
Jalan menuju perpustakaan di salah satu SDK Kecamatan Lembor
Jalan menuju perpustakaan di salah satu SDK Kecamatan Lembor
Salah satu kegiatan anak-anak SDI Kecamatan Lembor Selatan, yaitu bermain Voli
Salah satu kegiatan anak-anak SDI Kecamatan Lembor Selatan, yaitu bermain Voli

Selain berdiskusi dengan kepala sekolah dan guru-guru, tak jarang saya menyapa beberapa murid yang tampak antusias dengan kunjungan kami. Ada yang tampak malu-malu ketika saya bertanya, bahkan ada juga yang satu kelas mengintip dari jendela dan pintu, sehingga guru yang sedang berdiskusi dengan saya pun mengatakan: “Ibu Dewi, sepertinya anak-anak ingin ibu masuk ke kelas mereka.”
“Oh… boleh sekali, tapi dimana guru kelasnya?”, tanya saya.
“Guru kelasnya sedang ada urusan di Dinas PPO,” jawab Ibu Guru.
“Baiklah bu, dengan senang hati saya akan ke kelas, mohon ijin boleh saya mengajak anak-anak bermain dan bernyanyi?”, tanyaku antusias.
“Silahkan Ibu, mereka pasti senang sekali,” kata Ibu Guru.
Saya segera memasuki kelas. Sontak saja anak-anak sangat sumringah. Saya mulai menyapa mereka, memperkenalkan diri, bertanya beberapa hal tentang minat baca, buku favorit, cita-cita, dan hobi mereka. Ada beberapa yang penuh percaya diri selalu mengangkat tangannya terlebih dahulu dan kemudian mengemukakan jawabannya, ada pula yang tampak senyam-seyum malu-malu. Hahaa…
Kemudian kami pun bermain tebak-tebakan nama ibu kota provinsi, nama-nama profesi, nama-nama pemain sepak bola, dan tebak-tebakan lainnya yang membuat mereka bersemangat untuk menjawab. Setelah itu kami lanjut bernyanyi sambil sedikit menari, hihihi.. Anak-anak manggarai barat ini jagonya bernyanyi. Suara mereka sangat merdu, tinggi, jelas, sangat berkarakter.

gambar-11

Berfoto bersama adik-adik kelas 6, setelah bermain tebak-tebakan, bernyanyi dan menari bersama di SDI Kecamatan Lembor
Berfoto bersama adik-adik kelas 6, setelah bermain tebak-tebakan, bernyanyi dan menari bersama di SDI Kecamatan Lembor

Banyak hal yang telah kami alami setiap kali mengunjungi sekolah. Bagi saya pribadi, setiap perjalanan saya dari satu sekolah ke sekolah yang lain selalu berhasil tersimpan dengan baik sebagai pengalaman yang tak akan terlupakan. Semakin banyak kenyataan di depan mata dan cerita yang saya temui, makin banyak keresahan, maka makin banyak pula hal yang saya pikirkan. Tak jarang, saya (diam-diam) sering menangis dalam perjalanan pulang dari sekolah. Air mata yang berjatuhan tak terbendung selalu teriringi dengan harapan dan doa untuk dapat melakukan sesuatu pada adik-adik disini.

Perjalanan ini menjadi sangat berarti, perjalanan yang mengajarkan saya banyak hal. Belajar untuk lebih bersyukur terhadap segala sesuatu yang telah saya miliki, belajar untuk lebih bersabar terhadap segala keterbatasan, belajar untuk lebih semangat, kuat dan selalu ceria dalam keadaan apapun, dan belajar untuk melukis Pelangi di tanah Flores. Horee!!! akan ada Pelangi (lagi) di tanah Flores.

Labuan Bajo, 09 November 2016
Dewi Analis