Perjalanan ke Tomara untuk yang kedua kalinya membawa cerita yang baru dan berbeda. Kedatangan kedua kali biasanya membuat pandangan lebih tajam dan perspektif bertambah kaya. Hal yang sebelumnya tidak terlihat biasanya akan terlihat dan dapat dirasakan. Sudah hampir setahun waktu berlalu sejak kunjungan saya yang pertama ke desa yang terletak di antara gugusan Pulau Bacan, Halmahera Selatan, propinsi Maluku utara. Lama ya?!!

image2

Akan tetapi waktu begitu cepat berlalu. Dalam perjalanan, dan bahkan sebelum memulai perjalanan, saya sudah mengapal kembali wajah dan nama anak-anak yang akan saya temui di desa. Mungkin mereka sudah bertambah tinggi dan besar, tapi wajah dan aura mereka tidak akan berubah. Saya suka tersenyum sendiri ketika mengingat kelucuan dan kekonyolan kami saat bertemu pertama kali tahun lalu. Tidak telalu sulit untuk berteman dengan mereka.

image8

 

Akhirnya tiba juga waktunya sampai di dermaga pulau. Selama hampir dua jam perjalanan menggunakan ‘longboat’ (perahu kayu yang panjang), sambil merasakan deburan air laut yang membasahi wajah, saya sudah membayangkan pertemuan kami yang kedua nanti.

image7

 

Wahhhh… ternyata mereka masih mengingat saya. Haha.. seperti bisa saya melemparkan senyum terbaik saya, dan mereka akan malu. Saya bahkan mendengar anak setengah berteriak “He.. ada kaka Monik…”. Saya hanya bisa tersenyum gembira.

 

Keesokan harinya saya pergi ke sekolah dan membawa buku-buku untuk menambah koleksi di dalam perpustakaan. Bercerita dengan kepala sekolah dan guru-guru, yang kebanyakan masih membahas pertemuan tahun lalu dan apakah saya sudah punya pacar atau belum. Hahah..

img_6939

Anak-anak juga tidak mau kalah. Mereka saling berebut untuk bertanya dan bercerita tentang acara piknik kami tahun lalu. Mereka sangat senang menceritakan pengalaman air terjun itu. Saya juga. Semua orang senang menceritakan kembali memori-memori menyenangkan, walaupun itu sampai berkali-kali.

img_3827

 

Selama hampir dua minggu berada di Tomara, saya membuka perpustakaan di sore hari. Mendampingi anak-anak untuk membaca, menggambar, mewarnai, dan melakukan hal menyenangkan lainnya. Mereka juga bermain bola, walaupun saya tidak bisa menjadi wasit, apalagi menjadi pemain. Beberapa kali anak-anak mengajak saya untuk ikut. 😀

14470411_1106698809412294_6320087694763585190_n

Kegiatan lain yang saya perkenalkan kepada guru dan anak-anak adalah kegiatan membaca lantang. Saya memilih buku “Waktunya Cepuk Terbang”. Saya membacakan buku ini kepada murid-murik kelas II, yang waktu itu guru kelasnya sedang berhalangan hadir. Dan respon anak-anak melebihi yang saya pernah bayangkan. Mereka sangat senang sekali. Mereka bahkan meminta saya membacakannya lagi. Lagi. Dan lagi.

img_6815

 

Berita itu pun sampai ke anak-anak yang lain. Hampir semua anak meminta saya untuk membacakan cerita. Mereka seperti orang yang sudah berhari-hari tidak minum. Mereka kehausan. Mereka kehausan untuk dibacakan cerita. Wah… saya sangat terharu sekali. Mungkin ada sekitar lima kali saya membacakan buku cerita Cepuk itu. Di kesempatan lain saya membacakan cerita lain. Mereka tetap bergembira.

 

Hingga pada suatu sore saya memergoki dua orang anak yang sedang sibuk membaca dan memperagakan gerakan dalam buku tersebut. Saya hampir menitikkan air mata. Kebahagiaan saya cukup sudah.

img_6828

 

Efek samping lainnya adalah buku Cepuk harus menjalani operasi plastik beberapa kali. Bedanya, buku Cepuk tidak harus suntik silikon, hanya ditambal dengan lakban saja berkali-kali. Penyebabnya adalah anak-anak saling merebut, menarik, dan tidak sengaja membolak-balik buku hingga terlepas.

 

Dari penglihatan saya selama dua minggu ini, saya berani menyimpulkan bahwa semua anak senang dibacakan cerita. Apalagi mungkin anak-anak yang berada jauh di pedalaman tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti ini.

img_6837

 

Melihat reaksi mereka ketika buku dibacakan dan mengajak mereka terlibat, tidak ada kebahagiaan lain yang menandinginya. Seperti menemukan harta karun. Atau seperti mendapatkan mimpi menjadi kenyataan. Atau seperti bertemu dengan lumba-lumba yang muncul ke permukaan laut untuk sekedar menyapa.

img_6841

 

Membuat anak senang dan bahagia mungkin sulit dan banyak tantangannya. Akan tetapi, saya belajar banyak dari sahabat-sahabat kecil saya di Tomara ini. Sumber kebahagiaan pun bisa berasal dari sesuatu yang sangat sederhana dan mudah didapatkan.

img_6894

 

Ketika akhirnya Cepuk bisa terbang, anak-anak tahu bahwa semua perlu dipelajari. Berusaha. Tidak menyerah. Mungkin itulah yang kini tersimpan dalam benak anak-anak. Mereka tidak akan menyerah. Mereka tidak akan berhenti sampai mereka bisa. Mereka bisa menjadi seperti yang mereka impikan. Mereka senang. Mereka bahagia.

 

Tomara, September 2016

Monik