Setelah mempertimbangkan berbagai hal, saya memutuskan untuk berkunjung ke lokasi Taman Bacaan Pelangi di Kampung Rinca, Manggarai Barat, NTT. Saya berangkat bersama dengan Simon, salah satu relawan Taman Bacaan Pelangi yang saat itu bertugas di Kampung Roe.

??????????

Dengan menumpang kapal umum, kami menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam. Saat itu, angin memang sedang teduh. Bersama dengan Pak Baco, pengelola Taman Bacaan Pelangi Kampung Rinca kami melewati detik-detik menuju Kampung Rinca. Ini merupakan kunjungan pertama saya ke Rinca, dengan harapan saya akan bertemu dengan Komodo.

??????????

Ijinkan saya bercerita sedikit mengenai saya dan Komodo. Jadi, semasa kecil saya suka menonton acara anak-anak yang dipandu oleh Kak Seto. Nah, selama membawakan acara itu Kak Seto ditemani oleh Si Komo alias Si Komodo, karakter dalam acara tersebut. Karena acara itu saya menjadi yakin bahwa Komodo adalah hewan reptil yang lucu. Saya suka membayangkan adegan kebersamaan saya dengan Komodo.

 

Akan tetapi, melihat video, mendengar cerita, dan berada di habitat Komodo yang asli sebenarnya membuat saya ketakutan. Bukan saja karena saya takut komodo akan menyapa saya dengan lidahnya yang berbisa, tapi saya takut kalau bayangan saya mengenai Komodo yang lucu yang telah terpelihara sejak kecil itu hilang begitu saja. Saya takut kehilangan ingatan yang menyenangkan bersama Komodo yang telah melekat di dalam alam bawah sadar saya.

 

Sesampainya di dermaga Kampung Rinca, saya sangat terkejut. Bayangan saya tentang Kampung Rinca memang tidak terlalu tinggi, tapi melihat kondisi dermaga kayu yang sudah lapuk, pantai yang kotor, dan perumahan yang kumuh membuat saya termenung. Saya, Simon, dan Pak Baco pun melangkahkan kaki menuju rumah Pak Baco yang merangkap menjadi perpustakaan Taman Bacaan Pelangi.

??????????

Saya bertemu dan menyapa warga Kampung Rinca. Mereka membalas sapaan saya dengan senyuman ramah dan menurut penglihatan saya mereka agak canggung. Mungkin karena saya menyapa mereka seperti teman lama yang bertemu kembali. Hahaha… tidak apa-apa.

 

Setelah sampai di rumah Pak Baco, kami duduk sebentar sambil berkenalan dan berbincang dengan keluarga dan anak-anak beliau. Akan tetapi, saya sudah tidak sabar lagi. Selama mengobrol dengan Pak Baco dan keluarga, saya sudah mendengar riuh suara anak-anak di bawah.

 

Rumah Pak Baco seperti umumnya rumah di Kampung Rinca, berbentuk rumah panggung. Perpustakaan ada di bawah. Saya yakin bahwa anak-anak sudah berkumpul di perpustakaan dan menikmati buku-buku yang tersedia.

 

Saya minta ijin untuk turun dan bertemu dengan anak-anak. Benar saja dugaan saya. Anak-anak sudah berkumpul dan seperti sudah siap dengan acara selanjutnya. Padahal, saya tidak mempersiapkan acara apapun.

 

Hmm… saya menyapa mereka dan memperkenalkan nama saya. Saya juga menanyakan nama mereka satu per satu, jangan sampai ada anak yang terlewatkan. Setelah itu, saya mengajak mereka menyanyi bersama. Tiba-tiba semakin banyak anak-anak, bahkan orang tua datang berkerumun di perpustakaan.

 

Setelah beradu suara, anak-anak menawarkan untuk lomba berbalas pantun. Sebagai anak pantai, saya melihat kemampuan interaksi anak-anak ini yang sudah baik. Mereka penuh dengan ide-ide cemerlang. Setelah melewati sesi berbalas pantun yang alot, saya lanjutkan dengan mengajari mereka tepuk tangan dengan cara yang baru. Mereka antusias.

P1030635

Setelah kurang lebih satu jam bermain bersama mereka, anak-anak yang lain mengajak untuk bermain ke sekolah. Kebetulan Pak Baco ada urusan dengan kepala sekolah SD, jadilah kami bertiga berangkat ke sekolah yang berada tidak jauh dari rumah. Setelah sampai di komplek sekolah, saya menemui anak-anak perempuan yang sedang bermain bola voli dan anak laki-laki yang bermain bola kaki. Setelah mengobrol dengan kepala sekolah, saya bergegas menuju anak-anak perempuan yang sudah tidak sabar untuk mengajak saya bermain bersama. Simon sudah duluan bermain bola dengan anak laki-laki.

 

Selama bermain dengan anak-anak Kampung Rinca ini saya merasakan sebuah energi yang meluap-luap. Mereka adalah anak-anak yang aktif dan penuh dengan ide-ide yang cemerlang. Mereka adalah anak-anak yang asertif, senang berteman, dan cerdas. Nampaknya, keadaan Kampung Rinca yang minim air dan kumuh justru membuat mereka semakin penuh dengan energi. Saya senang dengan semangat dan antusiasme mereka. Mereka adalah anak-anak pantai yang tangguh. Saya yakin betul itu.

 

Semoga anak-anak di Kampung Rinca bisa menemukan kebahagiaan dalam kehidupan mereka sebagai anak-anak. Dengan kehadiran Taman Bacaan Pelangi semoga bisa membuat mereka menjadi anak-anak pulau yang cerdas, ceria, dan penyayang.

IMG_2278 - Copy

Kampung Rinca, 23 Januari 2015
Monik